Arus Searah (DC)
(Materi Elektronika Dasar)
Pada rangkaian DC hanya melibatkan arus dan tegangan searah,
yaitu arus dan tegangan yang tidak
berubah terhadap waktu. Elemen
pada rangkaian DC meliputi:
i)
baterai
ii)
hambatan dan
iii)
kawat penghantar
Baterai menghasilkan e.m.f untuk menggerakkan elektron yang
akhirnya menghasilkan aliran
listrik. Sebutan “rangkaian”
sangat cocok digunakan karena dalam hal ini harus terjadi suatu lintasan
elektron secara lengkap – meninggalkan kutub negatif dan kembali ke kutub positif. Hambatan kawat penghantar
sedemikian kecilnya sehingga
dalam prakteknya harganya dapat diabaikan.
Bentuk hambatan
(resistor) di pasaran sangat
bervariasi, berharga mulai 0,1 Ω sampai 10 MΩ atau lebih besar lagi. Resistor standar untuk toleransi ± 10 % biasanya
bernilai resistansi kelipatan 10 atau 0,1 dari
Sebuah rangkaian yang
sangat sederhana terdiri
atas sebuah baterai dengan sebuah
resistor ditunjukkan pada gambar
2.1-a. Kedua elemen tersebut digambarkan dan bagaimana menunjukkan arah
arus (dari kutub positif melewati resistor menuju kutub
negatif
a) Pemasangan komponen dan
arah arus dan
b) Penambahan komponen saklar
dan hambatan dalam
Untuk menganalisis
lebih lanjut, rangkaian di atas
perlu dipahami hukum dasar rangkaian yang
disebut hukum Kirchhoff. Terdapat beberapa
cara untuk menyatakan hukum
Kirchhoff, kita coba untuk menyatakan supaya mudah diingat:
1.
Arus
total yang masuk pada suatu
titik sambungan/cabang adalah nol
(Hukum I, disebut KCL – Kirchhoff
curent law ). ∑ in =
0 Arah setiap arus ditunjukkan dengan
anak panah, jika arus berharga positif maka
arus mengalir searah dengan anak panah, demikian sebaliknya. Dengan demikian untuk rangkaian seperti pada gambar 2.2 kita dapat menuliskan:
arus mengalir searah dengan anak panah, demikian sebaliknya. Dengan demikian untuk rangkaian seperti pada gambar 2.2 kita dapat menuliskan:
∑ in = 0
-I1
+ I2 + I3 = 0
Tanda negatif pada I1 menunjukkan bahwa arus keluar dari titik
cabang dan jika arus masuk titik cabang
diberi tanda positif.
2.
Pada
setiap rangkaian tertutup
(loop), jumlah penurunan
tegangan adalah nol (Hukum II,
sering disebut sebagai KVL – Kirchhoff voltage law) ∑Vn
= 0
Resistor
dalam Rangkaian Seri dan Paralel
Ini merupakan konsep dasar
yang memungkinkan kita secara
cepat dapat menyederhanakan
rangkaian yang relatif kompleks
Pada rangkaian seri
semua resistor teraliri arus yang sama. Jika arus yang mengalir sebesar I
ketiga resistor tersebut dapat digantikan dengan sebuah
resistor tunggal sebesar R. Pada
rangkaian paralel (gambar 2.3-b),
nampak bahwa masing-masing resistor
mendapat tegangan yang sama. Jadi
dimana G biasa disebut
sebagai konduktansi, jadi G =
1/R, dinyatakan dalam satuan
siemen dengan simbul S atau mho atau Ω-1
).
Pembagi Tegangan (Potential
Divider)
Biasanya rangkaian
ini digunakan untuk
memperoleh tegangan yang
diinginkan dari suatu umber tegangan
yang besar. Gambar
2.4 memperlihatkan bentuk sederhana rangkaian pembagi tegangan, yaitu diinginkan untuk mendapatkan tegangan
keluaran ov yang merupakan bagian
dari tegangan sumber V1
dengan memasang dua resistor R1 dan R2 .
Tegangan masukan terbagi menjadi dua
bagian ( V0, Vs ),
masing-masing sebading dengan
harga resistor yang dikenai tegangan tersebut.
Dari
Pembagi
Tegangan Terbebani
Gambar 2.5 memperlihatkan suatu pembagi tegangan dengan
beban terpasang pada terminal
keluarannya, mengambil arus i0 dan penurunan
tegangan sebesar V0
. Kita akan mencoba
menemukan hubungan
antara i0 dan V0
. Jika arus yang
mengalir melalui R1 sebesar
i seperti ditunjukkan dalam gambar, maka
arus yang mengalir lewat R2 adalah sebesar
i − i0. Kita mempunyai
dimana V0/C adalah besarnya tegangan
V0 tanpa
adanya beban, yaitu saat i0
= 0 , dan harga ini disebut sebagai tegangan keluaran saat rangkaian terbuka
(open-circuit output voltage) sebesar :
Pembagi
Arus (Current Divider)
Rangkaian pembagi arus
tidaklah sepenting rangkaian pembagi tegangan, namun perlu dipahami
utamannya saat kita menghubungkan alat ukur arus secara paralel.
Teorema
Thevenin
Kembali pada pembahasan pembagi tegangan yang terbebani,
hasil yang diperoleh dari penyederhanaan rangkaian merupakan salah satu kasus
dari teorema Thevenin. Secara singkat
teorema Thevenin dapat dikatakan sebagai berikut.
“Jika suatu
kumpulan rangkaian sumber
tegangan dan resistor dihubungkan
dengan dua terminal
keluaran, maka rangkaian tersebut dapat
digantikan dengan sebuah
rangkaian seri dari
sebuah sumber tegangan
rangkaian terbuka V0/C dan sebuah resistor RP
Saat RL = 0
(gambar c) berarti rangkaian berada pada
kondisi hubung singkat (kedua ujung terminal terhubung langsung) dengan arus hubung singkat Is/C sebesar
Teorema Norton
Teorema ini
merupakan suatu pendekatan analisa rangkaian yang secara
singkat dapat dikatakan sebagai berikut.
“Jika suatu
kumpulan rangkaian sumber
tegangan dan resistor dihubungkan
dengan dua terminal
keluaran, maka rangkaian tersebut dapat
digantikan dengan sebuah
rangkaian paralel dari sebuah
sumber arus rangkaian hubung singkat IN dan sebuah konduktansi GN
”
Skema
terbentuknya rangkaian setara Norton :
Rangkaian setara Norton berlaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar