Welcome to My Blog

Saran dan kritikan dari anda sangat dibutuhkan demi perbaikan mutu blog ini

21 Mei, 2011

KETIDAKABSAHAN PUNCTUATED EQUILIBRIUM


Dalam bab sebelumnya, kita menelaah bagaimana rekaman fosil dengan jelas membantah hipotesis teori Darwinis. Kita melihat bahwa berbagai kelompok makhluk hidup muncul secara tiba-tiba dalam rekaman fosil, dan tetap sama selama jutaan tahun tanpa mengalami perubahan apapun. Penemuan besar paleontologi ini menunjukkan bahwa makhluk hidup ada tanpa proses evolusi sebelumnya.
Fakta ini telah diabaikan selama bertahun-tahun oleh ahli paleontologi, yang tetap berharap bahwa “bentuk peralihan” khayalan suatu hari akan ditemukan. Pada tahun 1970-an, beberapa ahli paleontolgi menyadari bahwa ini adalah harapan tanpa dasar dan “celah” yang ada dalam rekaman fosil harus diterima sebagai sebuah kenyataan. Namun demikian, karena para ahli paleontologi ini tidak mampu melepaskan teori evolusi, mereka mencoba menjelaskan kenyataan ini dengan mengubah teori tersebut. Dengan demikian lahirlah model evolusi “punctuated equilibrium (keseimbangan yang terganggu)”, yang berbeda dari neo-Darwinisme dalam beberapa hal.
Model ini mulai dipromosikan secara gencar pada permulaan tahun 1970-an oleh ahli paleontoligi Stephen Jay Gould dari Harvard University dan Niles Eldredge dari American Museum of Natural History. Mereka menyimpulkan bahwa bukti yang dihadirkan oleh rekaman fosil menampakkan dua ciri dasar yaitu:
  1. Stasis (Kesetimbangan)
  2. Kemunculan tiba-tiba172
Untuk menjelaskan dua fakta ini dengan teori evolusi, Gould dan Eldredge menyarankan

MEKANISME DARWINISME

Menurut teori evolusi, makhluk hidup terwujud melalui berbagai kebetulan, dan berkembang lebih jauh sebagai sebuah hasil dari dampak yang tidak disengaja. Sekitar 3,8 miliar tahun lalu, ketika tidak ada makhluk hidup di bumi, makhluk bersel satu (prokaryota) sederhana pertama muncul. Seiring dengan perjalanan waktu, sel-sel yang lebih kompleks (eukaryota) dan organisme bersel banyak muncul. Dengan kata lain, menurut Darwinisme, kekuatan alam membangun benda-benda mati sederhana menjadi rancangan sangat kompleks dan sempurna.
Dalam menilai pernyataan ini, seseorang harus mengkaji apakah kekuatan semacam itu benar-benar ada di alam. Lebih jelas lagi, apakah benar-benar ada mekanisme alam yang bisa menghasilkan evolusi sesuai dengan sekenario Darwin?
Model neo-Darwinis, yang dapat kita anggap sebagai teori utama dari evolusi saat ini, menyatakan bahwa kehidupan berkembang atau berevolusi melalui dua mekanisme alamiah: seleksi alam dan mutasi. Pada dasarnya teori ini menekankan bahwa seleksi alam dan mutasi adalah dua mekanisme yang saling melengkapi. Sumber dari perubahan secara evolusi adalah mutasi acak yang terjadi dalam struktur genetik makhluk hidup. Sifat yang dihasilkan dari mutasi ini kemudian dipilah dengan mekanisme seleksi alam, dan dengan cara inilah makhluk hidup berevolusi. Akan tetapi jika kita kaji lebih dalam teori ini, kita akan menemukan bahwa tidak ada mekanisme evolusi seperti itu. Baik seleksi alam maupun mutasi tidak bisa menyebabkan spesies yang berbeda berkembang menjadi spesies lain, dan pernyatan bahwa keduanya bisa adalah benar-benar tidak berdasar.
Konsep seleksi alam adalah landasan utama Darwinisme. Pernyataan ini ditegaskan bahkan pada judul buku dimana Darwin mengajukan teorinya: The Origin of Species, by means of Natural Selection (Asal usul Spesies, melalui Seleksi Alam)
Seleksi alam didasarkan pada anggapan bahwa di alam selalu

Keruntuhan Teori Evolusi YANG TERSEMBUNYI DARI BUKU PELAJARAN

Sama sekali bertolak belakang dengan anggapan Darwin, dalam catatan fosil, filum-filum utama tersebut muncul dalam keadaan telah berbentuk lengkap dan sempurna di awal masa pembentukan lapisan bumi yang disebut Kambrium. Di lapisan ini, tidak ditemukan pula bukti yang menunjukkan filum-filum ini terbentuk sebagai keturunan dari satu nenek moyang bersama. Kemunculan filum-filum utama hewan secara serentak dan tiba-tiba ini dikenal sebagai “Ledakan Kambrium”, atau “Life’s Big Bang” (Ledakan Besar Kehidupan). Banyak ahli fosil menganggapnya sebagai salah satu ciri paling nyata dari catatan fosil. Ledakan Kambrium telah menjadi topik ulasan majalah terkenal seperti Scientific American, bahkan di tahun 1995 terpampang di sampul depan majalah Time. Sungguh mengherankan bahwa, ketika berbicara seputar catatan fosil, buku-buku pelajaran biologi tidak menyebutkan sama sekali atau tidak membahas fenomena Ledakan Kambrium ini secara panjang lebar sebagai fakta yang malah menentang anggapan Darwin dan pohon silsilah evolusinya.
ZAMAN KAMBRIUM
Darwin menjuluki teorinya “descent with modification” (terbentuknya keturunan melalui perubahan), yang memperlihatkan keyakinannya bahwa seluruh jenis makhluk hidup diturunkan dari satu nenek moyang yang sama, yang hidup di masa lampau. Jika dugaan ini benar, maka gambar pohon silsilah makhluk hidup sebagaimana tercantum dalam buku Darwin The Origin of Species akan terbukti benar seiring dengan semakin banyaknya penemuan fosil. Menurut pohon silsilah ini, satu nenek moyang bersama dari seluruh makhluk hidup yang ada sekarang ini, muncul terlebih dahulu di bagian paling bawah di pangkal pohon silsilah itu; perbedaan-perbedaan kecil di antara individu-individu sejenis pada akhirnya mengarah pada pembentukan spesies-spesies yang berbeda. Akhirnya, perbedaan-perbedaan besar yang memisahkan kelompok-kelompok modern makhluk hidup (yang dinamakan “filum”) pun terbentuk. Filum-filum utama ini meliputi anelida (cacing tanah dan lintah), moluska (kerang dan siput), artropoda (udang karang dan serangga), ekinoderma (bintang laut) dan kordata (ikan dan mamalia).
Lapisan tertua bumi, tempat masih ditemukannya fosil makhluk hidup, adalah lapisan Kambrium, yang diperkirakan berumur 500-530 juta tahun. Di lapisan-lapisan lebih tua dari Kambrium, tidak terlihat adanya fosil makhluk hidup apa pun kecuali sejumlah kecil organisme bersel satu. Anehnya, di zaman Kambrium, banyak spesies beragam muncul bersamaan secara tiba-tiba. Lebih dari tiga puluh spesies

YANG TERSEMBUNYI DI BALIK PERCOBAAN MILLER



“Miller tampak tak terkesan dengan teori-teori terkini yang diajukan tentang asal usul kehidupan, dan menganggapnya sebagai “omong kosong” atau “kimia di atas kertas.” …Miller mengakui bahwa para ilmuwan mungkin tak pernah tahu dengan pasti di mana dan kapan kehidupan berawal.”
Penelitian yang paling diterima luas tentang asal usul kehidupan adalah percobaan yang dilakukan peneliti Amerika, Stanley Miller, di tahun 1953. (Percobaan ini juga dikenal sebagai “percobaan Urey-Miller” karena sumbangsih pembimbing Miller di University of Chicago, Harold Urey). Percobaan inilah satu-satunya “bukti” milik para evolusionis yang digunakan untuk membuktikan pendapat tentang “evolusi kimiawi”. Mereka mengemukakannya sebagai tahapan awal proses evolusi yang mereka yakini, yang akhirnya memunculkan kehidupan.
Melalui percobaan, Stanley Miller bertujuan membuktikan bahwa di bumi yang tak berkehidupan miliaran tahun lalu, asam amino, satuan molekul pembentuk protein, dapat terbentuk dengan sendirinya secara alamiah tanpa campur tangan sengaja apa pun di luar kekuatan alam. Dalam percobaannya, Miller menggunakan campuran gas yang ia yakini terdapat pada bumi purba (yang kemudian terbukti tidak tepat). Campuran ini terdiri dari gas amonia, metana, hidrogen, dan uap air. Karena gas-gas ini takkan saling bereaksi dalam lingkungan alamiah, ia menambahkan energi ke dalamnya untuk memicu reaksi antar gas-gas tersebut. Dengan beranggapan energi ini dapat berasal dari petir pada atmosfer purba, ia menggunakan arus listrik untuk tujuan tersebut.
Miller memanaskan campuran gas ini pada suhu 100 derajat C selama seminggu dan menambahkan arus listrik. Di akhir minggu, Miller memeriksa zat-zat kimia yang telah terbentuk di dasar tabung, dan mengamati bahwa tiga dari dua puluh asam amino yang menyusun unsur-unsur pembentuk protein telah dihasilkan.
Percobaan ini memunculkan kegembiraan luar biasa di kalangan evolusionis, dan dikemukakan sebagai sebuah keberhasilan besar. Lebih dari itu, dalam kegembiraan yang berlebihan, beragam media cetak memuat judul utama seperti “Miller menciptakan kehidupan.” Padahal, yang berhasil dibuat Miller hanyalah sejumlah kecil molekul-molekul tak hidup. Namun sejak saat itu, percobaan Miller terbukti keliru dalam banyak hal.
GUGURNYA PERCOBAAN MILLER

Qissah Nabi Nuh AS dan Epos Gilgamesy

Seperti telah dikemukakan dalam seri 003 bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari di sekolah-sekolah umum dibangun di atas landasan filsafat positivisme. Artinya ilmu pengetahuan itu tidaklah polos melainkan sudah dijerumuskan berpihak kepada yang atheis, tidak percaya akan Tuhan, yang agnostik, acuh tak acuh tentang Tuhan, dan yang deist, tidak percaya akan wahyu walaupun percaya akan adanya Tuhan. Ilmu pengetahuan yang demikian itu hanya mempunyai dua sumber yaitu alam dan sejarah. 
Para pakar yang atheist, agnotik dan deist dalam menganalisa pergelutan pandangan, benak dan alam pikiran manusia, tentu saja hanya memakai pendekatan historis. Sayangnya para pakar yang beragama Islam turut pula terperangkap ke dalam jaring filsafat positivisme, sebab kalau tidak demikian hasil analisa mereka itu akan dicap tidak ilmiyah: melanggar rambu-rambu dan tatacara keilmuan. Demikianlah para pakar dari ketiga golongan itu yang tergabung dalam filsafat positivisme bersama-sama dengan para pakar yang beragama Islam yang ikut terseret secara sadar ataupun tidak sadar menempatkan semua agama sebagai komponen atau bagian dari kebudayaan. Maka mereka itu dalam mencari hubungan antara agama dengan agama, antara agama dengan dongeng-dongeng hasil imajinasi dan sastra bangsa-bangsa dahulu kala, akan memakai pendekatan historis itulah. 
Ilmu pengetahuan harus dibina atas landasan Tawhid. Dengan demikian

Makrokosmos

Orang-orang dahulu berimajinasi tentang alam atas tempat dewa-dewa sehingga disebutnya ke-hyang-an atau kayangan, kemudian di bawahnya adalah bumi kita ini, disebutnya alam tengah atau mayapada tempat manusia dan alam bawah tempat para dedemit. Sekarang orang membagi alam ini hanya dalam dua bagian, yaitu makrokosmos dan mikrokosmos. 
Makrokosmos adalah alam luas, yaitu alam di atas kepala kita menurut orang-orang terdahulu itu. Alam di atas kepala kita kelihatannya berbentuk setengah bola yang disebut bola langit. Benda-benda yang ada pada bola langit disebut benda-benda langit. Mikrokosmos, alam lingkungan kita

Interaksi Iman dan Ilmu, Pencemaran Thermal

Antara tumbuh-tumbuhan di pihak yang lain dengan manusia dan binatang di pihak yang lain membentuk sistem yang dalam ungkapan bidal Melayu lama berbunyi: Seperti aur dengan tebing, atau dalam ungkapan modern yang canggih bunyinya: Mutualis simbiosis, suatu ekosistem saling menghidupi dan menghidupkan. Aur yang tumbuh di tebing mendapat zat-zat yang dibutuhkan tanaman untuk bertumbuh. Akar-akar aur menusuk ke dalam tanah di tebing untuk dapat mengisap zat-zat yang dibutuhkannya itu. Di pihak yang lain tebing mendapatkan manfaat dari akar-akar rumpun aur, tebing menjadi kuat, tidak mudah terban (tidak pakai g). 
Untuk dapat hidup, manusia dan binatang harus mengisi perut, makan dan minum dan mengisap udara, bernafas. Tujuan makan bukan untuk kenyang, karena itu hanya sekadar kesan saja, melainkan makan pada hakekatnya adalah mengisi tubuh dengan bahan bakar. Dan bernafas bukan hanya sekadar menghirup udara segar supaya tidak mati lemas, melainkan mengisi tubuh dengan oksigen dari udara. Di dalam tubuh manusia dan binatang terjadilah reaksi kimia yang disebut oksidasi. Reaksi kimia ini menimbulkan panas dan proses tersebut disebut respirasi. Demikianlah tubuh manusia dan binatang menjadi panas, dan panas ini dipertahankan suhunya oleh suatu sistem yang musykil dalam tubuh manusia dan binatang, yaitu sistem pengatur suhu. Menarik nafas artinya memasukkan oksigen ke dalam tubuh, sedangkan mengeluarkan nafas artinya membuang sampah hasil pembakaran ke udara. Sebenarnya yang dibuang ke udara itu pada hakekatnya hanya sejenis yang berupa sampah dan yang lain tidak dipandang sampah. Yang epertama adalah karbon dioksida, zat asam arang, CO2. Yang kedua adalah air dalam bentuk uap. Air yang berasal dari menegeluarkan nafas ini dapat dilihat jika kita ada di tempat dingin. Uap air itu mengembun di udara berupa titik-titik air yang halus, kelihatannya seperti asap putih atau kabut. 

Peranan Wahyu dan Akal dalam Kehidupan

Makhluk ciptaan Allah SWT di alam syahadah ini, seperti apa yang dapat kita amati, dapat digolongkan dalam jenis-jenis: batu-batuan/mineral, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Allah SWT sebagai ArRabb mengatur alam syahadah dengan hukum-hukumNya untuk mengendalikan berjenis-jenis ciptaanNya itu. Allah sebagai ArRabb (Maha Pengatur) mengendalikan alam semesta dengan hukum-hukumNya yang hingga kini baru dikenal oleh manusia sebagai: medan gravitasi, medan elektromagnet, gaya kuat dan gaya lemah.  
Medan gravitasi utamanya mengontrol makrokosmos, mengendalikan bintang-bintang. Ketiga jenis yang lain mengontrol mikrokosmos. Medan elektromagnet mengontrol pasangan proton (bermuatan +) dengan elektron (bermuatan -). Proton-proton dalam inti atom yang saling tolak karena bermuatan sama, "direkat" oleh gaya kuat. Sedangkan gaya lemah menyebabkan inti atom seperti misalnya Thorium dan Uranium tidak stabil menjadi "lapuk" terbelah dengan mengeluarkan sinar radioaktif, sehingga Thorium dan Uranium disebut pula zat radioaktif. 

20 Mei, 2011

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU

LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU


Materi         : Energi dan Daya Listrik

Kelas             : IX

Hari / Tanggal    : Kamis, 13 April 2011

Waktu            : 1 X 40 menit.  



No
Aspek Yang Diamati
Dilaksanakan
Skala Penilaian
Ya
Tidak
4
3
2
1

I
Pengamatan KBM

  1. Pendahuluan
    1. Mempersiapkan siswa untuk belajar.
    2. Memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran.
    3. Menyampaikan apersepsi sebelum pelajaran dimulai.
II
B. Kegiatan Inti
  1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
  2. Guru menjelaskan materi pembelajaran secara singkat
  3. Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok dengan membagi siswa menjadi 3 kelompok
  4. Guru menjelaskan secara singkat model pembelajaran jigsaw
  5. Guru membagikan Lembar kerja Siswa (LKS) kepada masing-masing kelompok
  6. Guru menginstruksikan untuk melaksanakan kegiatan siswa pada LKS yang sebelumnya telah dijelaskan oleh guru.
  7. Guru memantau proses pengerjaan LKS dari semua kelompok dan menanyaan jika ada yang belum dipahami.
  8. Guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok ahli untuk kembali pada kelompok asal.
  9. Guru member kesempatan pada Siswa dari kelompok ahli mendiskusikan hasil pekerjaannya pada kelompoknya masing-masing.
  10. Guru menginstruksikan kepada 1 kelompok terbaik yang sebelumnya telah diamati untuk mempresentasikan hasil diskusinya
  11. Guru mempersilahkan Siswa dari kelompok lain menanggapi hasil diskusi kelompok yang mempersentasikan hasilnya.
  12. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.
  13. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru menentukan rumusan energi listrik dan daya listrik.
  14. Guru memberikan beberapa soal yang berkatian dengan penentuan energi listrik dan daya listrik untuk dikerjakan oleh peserta didik.
  15. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.

III
  1. Penutup
  • Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
  • Guru memberikan nasehat kepada siswa untuk selalu melakukan penggunaan energy listrik dengan memperhitungkan efisiensi energy listrik
  • Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.


  1. Suasana Belajar
    1. Siswa antusias.
    2. Guru antusias.
    3. Waktu sesuai alokasi.
    4. KBM sesuai dengan skenario RPP.


Rubrik Penilaian :

1 : Terlaksana tapi tidak sesuai.

2 : Terlaksana tapi kurang tepat dan tidak sistematis.

3 : Terlaksana dengan tepat tapi kurang sistematis.

4 : Terlaksana dengan tepat dan sistematis.





















 

19 Mei, 2011

Model Pembelajaran Inkuiri

Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan.

MODEL PEMBELAJARAN SAVI

A. Landasan Teori

SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.

B. Prinsip Dasar

Metode Pembelajaran Discovery

Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Model Pembelajaran Mind Mapping

Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.

Variasi Model STAD

Lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:

Perayaan HUT Israel di Indonesia: Tindakan Bodoh & Pelecehan NKRI

JAKARTA (voa-islam.com) – Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Israel di Jakarta adalah tindakan orang bodoh yang tidak memahami konteks sejarah Indonesia. Pengakuan kemerdekaan Indonesia pertama kali justru dilakukan oleh Mesir dan Palestina, bukan oleh Israel. Ketidakadilan Israel dan Barat terhadap Palestina juga menjadi alasan kenapa perayaan itu tidak perlu dilakukan.

Meski rencana peringatan HUT Kemerdekaan Israel di Jakarta pada hari Sabtu, (14/5/2011) itu masih sekedar rumor, namun para tokoh sudah bereaksi keras mengecam acara yang digagas aktivis Kristen yang mengaku bernama Unggun Dahana.

Hampir seluruh tokoh mengecam acara bawah tanah tersebut. Wasekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menilai aksi oknum pemuda Kristen itu hanya memancing di air keruh. Sebab masih banyak hal yang perlu didahulukan ketimbang merayakan kemerdekaan Israel yang tidak ada manfaatnya dan bahkan cenderung memicu kontroversi.

“Bung Karno pernah bilang dahulukan yang penting-penting dulu, jadi itu tidak diperlukan,” kata Hasto Kristiyanto usai acara pembukaan Grammen Bank di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (12/5/2011).

Hasto menambahkan, masih banyak masalah yang perlu diselesaikan oleh bangsa Indonesia saat ini ketimbang merayakan kemerdekaan Israel. “Juga permasalahan keadilan sosial yang belum terwujud. Mending melakukan sesuatu yang konkret ketimbang memancing di air keruh,” ujarnya.

Hasto menuding inisiator perayaan kemerdekaan Israel sebagai orang bodoh tidak memahami konteks sejarah Indonesia karena pengakuan kemerdekaan Indonesia pertama kali justru dilakukan oleh Mesir dan bangsa Palestina, bukan oleh Israel. Ketidakadilan Israel dan Barat terhadap Palestina juga menjadi alasan kenapa perayaan itu tidak perlu dilakukan.

“Sejak awal kemerdekaan Indonesia dilandasi semangat persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain. PDI Perjuangan sejak awal mendukung kemerdekaan Palestina,” ujar mantan anggota Komisi VI DPR ini.


Hasto mengatakan, kemerdekaan warga negara Indonesia dalam menyatakan pendapat, berserikat dan berkumpul juga harus dalam bingkai keindonesiaan. “Harus dipertanyakan apa manfaatnya solidaritas kemerdekaan Israel?” ujarnya.

Senada itu, Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan menilai perayaan kemerdekaan Israel di Indonesia sebagai pelecehan terhadap NKRI dan pelakunya layak diperiksa. Taufik meminta aparat penegak hukum mencegah perayaan kemerdekaan Israel di Jakarta.

Pidato Perpisahan SMA


Assalamualaikum warahmataullahi Wabarakatuh.

Yang kami hormati, Bapak Kepala Sekolah SMAN 1 Banggai, Yang kami hormati bapak/ibu guru dan segenap tata usaha yang sempat hadir serta rekan-rekan sekalian yang sama berbahagia pada kesempatan kali ini.
Tiada yang paling indah yang pantas keluar dari seorang hamba yang beriman dan diliputi dengan kesyukuran selain dengan ucapan Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah yang telah banyak menganugerahkan segala kenikmatan kepada kita semua dalam kehidupan ini mulai dari hal yang paling kecil sampai yang paling besar, mulai dari yang diketahui maupun tidak, dari yang diingat maupun yang dilupakan. Shalawat dan salam tak lupa kita persembahkan kepada junjungan tertinggi umat , Rasulullah Muhammad SAW. Yang telah mendedikasikan dirinya untuk membawa manusia menjadi insan yang beradab
Detik berganti detik, hari, bulan dan tahun pun silih berganti seiring dengan pusaran waktu yang berjalan sesuai dengan ketetapan sang pemilik waktu. Tanpa terasa hamper tiga tahun sudah semuanya berlalu. Berlalu dalam kenangan-kenangan yang abadi dalam bingkai memori kita semua terutama kami yang menjadi anak didik di sekolah ini.   Tentunya tiga tahun tersebut bukanlah waktu yang singkat untuk dijalani, namun karena sedemikian indahnya hal tersebut tidaklah bosan untuk dijalani. Suka duka, tangis dan tawa, sedih dan senang kesemuanya telah berproses bersama dan mengantarkan kita pada sebuah ikatan perasaan. Ikatan yang sesungguhnya kekal pada alam bawah sadar kita dan menjadikan kita semua satu dalam berbagai perbedaan, agama, suku, bentuk fisik sehingga terbentuklah sebuah keluarga besar SMAN 1 Banggai.
Bapak/ibu guru yang sangat kami hormati. Dalam kurun perjalanan waktu yang telah kita lalui bersama itu. Ada berbagai hal yang entah sadar atau tidak, sengaja atau tidak disengaja telah menggoreskan luka dihati kalian. Entah itu kecil ataupun besar. Olehnya pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkan kami untuk mengucapkan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya dari hati kami yang paling dalam. Meskipun mungkin kata maaf itu tidaklah bisa menghapus luka yang pernah kami torehkan tersebut. Namun dengan berharap kebesaran hati dan kebijaksanaan bapa/ibu guru sekalian untuk memaafkan kesalahan kami. Karena bagaimanapaun juga kami hanyalah manusia biasa yang masih perlu banyak belajar dari kehidupan ini, seperti kata orang bijak “tidak ada gading yang tak retak”.

18 Mei, 2011

“Membedah Pemikiran Pluralis Di Indonesia” Islam dan Pluralitas(isme) Agama


 
Kata “pluralisme” berasal dari bahasa Inggris, pluralism. Kata ini diduga berasal dari bahasa Latin, plures, yang berarti beberapa dengan implikasi perbedaan. Dari asal-usul kata ini diketahui bahwa pluralisme agama tidak menghendaki keseragaman bentuk agama. Sebab, ketika keseragaman sudah terjadi, maka tidak ada lagi pluralitas agama (religious plurality). Keseragaman itu sesuatu yang mustahil. Allah menjelaskan bahwa sekiranya Tuhanmu berkehendak niscaya kalian akan dijadikan dalam satu umat. Pluralisme agama tidak identik dengan model beragama secara eklektik, yaitu mengambil bagian-bagian tertentu dalam suatu agama dan membuang sebagiannya untuk kemudian mengambil bagian yang lain dalam agama lain dan membuang bagian yang tak relevan dari agama yang lain itu.  Pluralisme agama tidak hendak menyatakan bahwa semua agama adalah sama. Frans Magnis-Suseno berpendapat bahwa menghormati agama orang lain tidak ada hubungannya dengan ucapan bahwa semua agama adalah sama. Agama-agama jelas berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan syari`at yang menyertai agama-agama menunjukkan bahwa agama tidaklah sama. Setiap agama memiliki konteks partikularitasnya sendiri sehingga tak mungkin semua agama menjadi sebangun dan sama persis. Yang dikehendaki dari gagasan pluralisme agama adalah adanya pengakuan secara aktif terhadap agama lain. Agama lain ada sebagaimana keberadaan agama yang dipeluk diri yang bersangkutan. Setiap agama punya hak hidup.
Nurcholish Madjid menegaskan, pluralisme tidak saja mengisyaratkan adanya sikap bersedia mengakui hak kelompok agama lain untuk ada, melainkan juga mengandung makna kesediaan berlaku adil kepada kelompok lain itu atas dasar perdamaian dan saling menghormati. Allah berfirman, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi dalam urusan agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. QS, al-Mumtahanah [60]: ayat 8  Paparan di atas menyampaikan pada suatu pengertian sederhana bahwa pluralisme agama adalah suatu sistem nilai yang memandang keberagaman atau kemajemukan agama secara positif sekaligus optimis dengan menerimanya sebagai kenyataan (sunnatullâh) dan berupaya untuk berbuat sebaik mungkin berdasarkan kenyataan itu. Dikatakan secara positif, agar umat beragama tidak memandang pluralitas agama sebagai kemungkaran yang harus dibasmi. Dinyatakan secara optimis, karena kemajemukan agama itu sesungguhnya sebuah potensi agar setiap umat terus berlomba menciptakan kebaikan di bumi.
Ini tidak berarti bahwa semua agama adalah sama. Sebab, di samping memang mengandung kesamaan tujuan untuk menyembah Allah dan berbuat baik, tak bisa dipungkiri bahwa setiap agama memiliki keunikan, kekhasan, dan syari`atnya sendiri. Sebagian mufasir berkata, al-dîn wâhid wa al-syarî`at mukhtalifat [agama itu satu, sementara syari`atnya berbeda-beda]. Detail-detail syari`at ini yang membedakan satu agama dengan agama lain. Sebab, tidaklah mustahil bahwa sesuatu yang bernilai maslahat dalam suatu tempat dan waktu tertentu, kemudian berubah menjadi mafsadat dalam suatu ruang dan waktu yang lain. Bila kemaslahatan dapat berubah karena perubahan konteks, maka dapat saja Allah menyuruh berbuat sesuatu karena diketahui mengandung maslahat, kemudian Allah melarangnya pada waktu lain karena diketahui ternyata aturan tersebut tidak lagi menyuarakan kemaslahatan.  Namun, perbedaan syari`at itu tak menyebabkan Islam kehilangan apresiasinya terhadap para nabi. Dalam pandangan Islam, semua nabi adalah bersaudara. Nabi Muhammad bersabda, “tak ada orang yang paling dekat hubungan kekerabatannya dengan Isa al-Masih ketimbang aku”. Ia bersabda, umat Islam yang mengimani Nabi Isa dan Muhammad SAW akan mendapatkan dua pahala. Nabi Muhammad juga bersabda, sebagaimana dalam Shahih Bukhari, ”sesungguhnya perumpamaan antara aku dengan para nabi sebelumnya adalah ibarat seseorang yang membangun sebuah rumah. Lalu ia buat rumah itu bagus dan indah, kecuali ada tempat bagi sebuah ubin di sebuah sudut. Orang banyak pun berkeliling rumah itu dan mereka takjub, lalu berkata, “mengapa ubin itu tidak dipasang. Nabi bersabda, “Akulah ubin itu, Aku adalah penutup para nabi”. Umat Islam pun diperintahkan meyakini dan menghargai seluruh para nabi plus kitab suci yang dibawanya. Jika para nabi yang membawa ajaran-ajaran ketuhanan itu dikatakan Muhammad sebagai bersaudara, maka para pengikut atau pemeluk agama-agama itu disebut sebagai Ahli Kitab.
Ketika Nabi Muhammad memasuki Mekah dengan kemenangan dan menyuruh menghancurkan berhala dan patung, dia menemukan gambar Bunda Maria (Sang Perawan) dan Isa al-Masih (Sang Anak) di dalam Ka`bah. Dengan menutupi gambar tersebut dengan jubahnya, dia memerintahkan semua gambar dihancurkan kecuali gambar dua tokoh itu. Dalam riwayat lain disebutkan, yang diselamatkan itu bukan hanya gambar Isa al-Masîh dan ibunya (Maryam), melainkan juga gambar Nabi Ibrahim. Patung Maryam yang terletak di salah satu tiang Ka`bah dan patung Nabi Isa di Hijirnya yang dipenuhi berbagai hiasan dibiarkan berdiri tegak. Tindakan ini diceritakan berbagai sumber sebagai penghargaan Muhammad terhadap Isa, Maryam (Bunda Maria), dan Ibrahim. Ini menunjukkan, sikap saling menghargai telah dikukuhkan Nabi semenjak awal kehadiran Islam. tulah sikap teologis al-Qur’an dalam merespons pluralitas agama dan umat beragama. Sementara sikap sosial-politisnya berjalan dinamis dan fluktuatif Adakalanya tampak mesra. Di kala yang lain, sangat tegang. Ketika Romawi yang Kristen kalah perang melawan Persia, umat Islam ikut bersedih. Satu ayat al-Qur’an turun menghibur kesedihan umat Islam tersebut. Disebutkan pula, ketika Muhammad SAW mengadakan perjalanan ke Thaif, ia bertemu seorang budak pemeluk agama Kristen bernama `Uddâs di Ninawi Irak (kota asal Nabi Yunus). Ketika Muhammad dikejar-kejar, `Uddâs yang memberikan setangkai anggur untuk dimakan.

PHISYC WORD


 


NO.

INDONESIA


ENGLISH

  1.  
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

21
22.
23.
24.
25.
26.
27. 28.
29.
30.





Gaya
Percepatan
Kecepatan            
Tekanan
Gelombang
Postulat
Teori
Momen dipol listrik imbas
Tenaga potensial
Nuklir
Hukum Newton
Keseimbangan arus
Percobaan
Medan Resultan
Ferromagnetik
Inteaksi dipol
Rongga resonan elektromagnetik
Arus bolak balik
Superkonduktivitas
Koefiisien temperatur rata-rata

Kapasitor
Medan aliran
Garis-garis ketebalan konstan
Difraksi cahaya
Sistem tata surya
Induksi magnet
Fisika zat padat
Hambatan
Pergeseran Dopler
Arus fotolistrik

Force
Akseleration
Velocity
Pressure
Wave
Postulate
Theory
Induced electrik dipole moment
Potential energy
Nuclear
Newton Laws
The currents balance
Experiment
Resultant field
Ferromagnetic
Dipole interaction
Elektromagnetik resonant cavity
Alternating current
Superconductivity
Mean temperature coefficient of ressistivity
Capasitor
Flow field
Fringes of constant thickness
Ray difraction
Solar system
Magnetic induction
Solid state phisycs
Resistance
Dopler shift
Photo electric current

Dibuat oleh : Hidayat K. Sambite (A241 08 007)

KONSUMTIVISME DAN HEDONISME DALAM MEDIA MASSA Tinjauan Teori Kritis Sensualisme pada Majalah Pria Menurut Perspektif Kritis Herbert Marcuse dan Jean Braudillard

PENDAHULUAN

Masyarakat modern ditandai dengan semakin tingginya waktu untuk bertukar informasi, baik dengan media komunikasi maupun dengan pemakaian teknologi komunikasi seperti telepon dan komputer. Media komunikasi, dalam hal ini media massa, memiliki fungsi-fungsi bagi masyarakat. McQuail mengemukakan fungsi-fungsi media massa sebagai pemberi informasi, pemberi identitas pribadi, sarana intergrasi dan interaksi sosial dan sebagai sarana hiburan (Denis McQuail, 2000).
Selain sebagai pemberi informasi media massa juga berfungsi sebagai pemberi identitas pribadi khalayak. Sebagai pemberi identitas pribadi, media massa juga berfungsi sebagai model perilaku. Model perilaku dapat kita peroleh dari sajian media. Apakah itu model perilaku yang sama dengan yang kita miliki atau bahkan yang kontra dengan yang kita miliki.
Selain berfungsi menjadi model perilaku, sebagai pemberi identitas media massa juga berfungsi sebagai sarana untuk mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media). Manusia memiliki nilai-nilai hidupnya sendiri yang pada gilirannya akan ia gunakan untuk melihat dunia. Namun manusia juga perlu untuk melihat nilai-nilai yang diciptakan oleh media. Seperti yang kita ketahui, media membawa nilai-nilai dari seluruh penjuru dunia. Implikasinya adalah konsumen media dapat mengetahui nilai-nilai lain di luar nilainya.
Fungsi lain media massa sebagai pemberi identitas, dimana media merupakan sarana untuk meningkatkan pemahaman mengenai diri sendiri. Untuk melihat serta menilai siapa, apa dan bagaimana diri kita, pada umumnya dibutuhkan pihak lain. Kita harus meminjam kacamata orang lain. Media dapat dijadikan sebagai salah satu kacamata yang dipergunakan untuk melihat siapa, apa serta bagaimana diri kita sesungguhnya.
Bersosialisasi dengan orang lain di saat kita tidak berusaha untuk mengadakan komunikasi dengan orang tersebut merupakan hal yang sulit. Di lain pihak, akan sulit bagi kita untuk berkomunikasi dengan orang lain apabila kita tidak mengetahui topik apa yang bisa digunakan untuk membangun komunikasi dengan orang tersebut. Media membantu kita dengan memberikan berbagai pilhan topik yang bisa digunakan dalam membangun dialog dengan orang lain. Hal ini pada gilirannya menjadikan media massa sebagai sarana integrasi dan interaksi sosial berfungsi untuk penyedia bahan percakapan dalam interaksi sosial.
Media massa memungkinkan seseorang untuk dapat mengetahui posisi sanak keluarga, teman dan masyarakat. Baik posisi secara fisik, secara intelektual maupun secara moral mengenai suatu peristiwa. Fungsi media massa yang satu ini biasanya dapat dilihat pada surat untuk redaksi, kolom pembaca dan yang sejenis. Pada multimedia fungsi ini menjadi sangat menonjol karena kita dimungkinkan untuk berinteraksi langsung dengan orang lain dalam waktu relatif lebih cepat.
Fungsi keempat media massa menurut McQuail adalah sebagai hiburan. Berkaitan dengan itu media massa menjalankan fungsinya sebagai pelepas khalayak dari masalah yang sedang dihadapi. Rasa jenuh di dalam melakukan aktivitas rutin pada saat tertentu akan muncul. Di saat itulah media menjadi alternatif untuk membantu kita di dalam melepaskan diri dari problem yang sedang dihadapi atau lari dari perasaan jenuh.

Kritik Marx Terhadap Hegel Oleh: Cyril Smith


Adalah Hegel yang pertama kali mengetahui bahwa ‘setiap filsafat... diperuntukkan untuk zamannya sendiri dan terperangkap di dalam keterbatasan-keterbatasan zaman yang bersangkutan’. Tetapi hal itu menimbulkan sebuah pertanyaan: bagaimana sebuah pandangan filsafat dapat tetap hidup sesudah ‘zamannya’ lewat? Jawaban daripada pertanyaan ini membawa kita melebihi argumentasi filosofis ke sebuah penetrasi yang lebih mendalam mengenai ‘zamannya’ dan zaman kita. Itulah mengapa kunci untuk menuju apa yang masih hidup dari pemikiran Hegel terdapat di dalam kritik Marx terhadapnya.
Pertama-tama, mari kita bahas mengenai apa yang dimaksud oleh Marx dengan "kritik". Hal itu terkait erat dengan ide Hegel mengenai ‘peleburan’ [aufheben] [2]: untuk menegasikan, dan dengan demikian memelihara kebenaran yang terdapat di dalam sesuatu. Hal ini sama dengan sikap Marx terhadap agama: yang penting adalah bukan menolak sentimen religius karena sentimen tersebut ‘tidak benar’, tanpa dasar, dan kemudian merencanakan sebuah bentuk agama baru. Tetapi, kita harus menemukan aspek-aspek dari cara hidup yang menimbulkan adanya agama-dan kemudian merevolusionerkan aspek-aspek tersebut. Agama adalah ‘hati dari dunia yang tidak berhati’, sehingga yang penting adalah untuk mendirikan sebuah dunia dengan hati. Daripada sebuah solusi yang bersifat ilusi, kita harus, di dalam praktek, menemukan solusi yang bersifat riil.
Karya filosofis daripada Hegel adalah sebuah upaya untuk meringkas essensi daripada keseluruhan sejarah filsafat, dan baginya hal itu adalah sejarah secara keseluruhan. Sehingga, kritik Marx terhadap Hegel adalah sebuah kritik terhadap ilmu filsafat itu sendiri. Ia mengambil kesimpulan bahwa filsafat tidak dapat menjawab pertanyaan yang telah dibawa oleh filsafat ke permukaan. Pada akhirnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak bersifat filosofis, tetapi bersifat praktis. Ketika Marx mengklaim bahwa karyanya bersifat ilmiah [wissenschaftlich], ini tidaklah berarti bahwa dia sedang mengelaborasi seperangkat doktrin, yang terdiri dari ‘teori-teori’, tetapi, dengan melacak kontradiksi dari ilmu pengetahuan yang ada ke akarnya yang mana adalah cara hidup manusia yang tidak manusiawi, ia dapat menjelaskan kebutuhan untuk merevolusionerkan cara hidup tersebut, untuk melangkah dari kontemplasi ke solusi revolusioner yang ‘kritis-praktis’.

Nilai Intelektual Filosofis Dalam Kajian Metafisis


Masalah ketuhanan Nahjul Balaghah terbagi dalam dua kategori: (1) dunia materi dengan segala sistem yang berlaku di dalamnya; dunia ini diteliti sebagai kaca yang mencerminkan ilmu dan kesempurnaan penciptanya, dan (2) pemikiran rasional dan perhitungan filosofis murni, dan mayoritas pembahasan Nahjul Balaghah mengenai ketuhanan masuk kategori yang kedua ini, seperti saat membahas sifat Kamâl dan Jalâl Tuhan yang hanya menggunakan metodologi rasional filosofis.
Sebagaimana kita ketahui bersama, ada perbedaan pendapat dan keraguan di sebagian orang ketika berbicara tentang nilai pembahasan dan penggunaan metode berpikir rasional filosofis. Sejak dahulu kala sampai sekarang, ada orang-orang yang melarang metodologi ini karena bertentangan dengan syariat atau akal, bahkan duanya. Di zaman kita sekarang, ada kelompok yang beranggapan bahwa hati Islam berseberangan dengan analisa dan argumentasi seperti ini. Akibatnya muslimin dalam mengkaji permasalahan di atas terpengaruh oleh filsafat Yunani dan tidak lagi mengambil petunjuk atau ilham yang diberikan kitab suci mereka, Al-Qur'an. Padahal apabila ajaran-ajaran Al-Qur'an direnungkan secara teliti dan benar, niscaya mereka tidak akan mengalami pembahasan yang rumit dan berlika-liku. Maka dari itu, pada akhirnya mereka meragukan otensitas dan penisbatan kajian rasional ketuhanan Nahjul Balaghah kepada Amirul Mukminin as.
Pada abad kedua dan ketiga Hijriah, muncul kelompok yang menentang pemikiran rasional dengan menggunakan kaca mata syariat. Menurut mereka, muslimin seharusnya mengabdi (tunduk total) pada leterlek teks agama (Al-Qur'an) sebatas yang bisa dimengerti oleh masyarakat umum dan tidak seyogyanya mereka bertanya atau mendiskusikan makna tersebut karena itu adalah bid’ah. Kalau terkadang ada orang yang bertanya tentang ayat “arrohmanu alal arsyistawa”, mereka melengos dan mengerutkan wajah pertanda tidak senang dan mencekal pertanyaan seperti ini sambil berkata, "Al-kaifiyyah majhûlah was su'âl bid’ah"; bagaimana Dia bersila adalah hakikat yang tidak diketahui dan pertanyaan seputar itu adalah terlarang![1]
Abad ketiga Hijriah adalah abad kemenangan mereka yang kemudian dikenal dengan sebutan "kemenangan kaum Asy'ariah atas kelompok Mu'tazilah (yang mendukung rasionalitas pemikiran)". Kemenangan ini merupakan pukulan telak terhadap kehidupan rasional Islam. Hal yang sama juga terjadi pada Syi'ah yang dilakukan oleh kelompok Akhbâriyûn pada abad kesepuluh sampai empat belas Hijriah, dan puncaknya, pada abad kesepuluh dan sebelas Hijriah mereka berhasil menang dalam melanjutkan jejak pemikiran kaum Asy'ariah.
Itulah tadi perlawanan terhadap metode rasional pemikiran perspektif syariat. Adapun perlawanan rasional terhadap hal ini bermula dari Eropa merupakan efek dari kemenangan metode eksperimen dalam penelitian fisika atas metode silogisme (qiyâs) di sana. Pola pikir ini kemudian bukan saja menggeser metode silogisme dalam fisika saja, tapi juga melucuti nilai ilmiahnya sampai pada kajian-kajian yang lain. Hanya filsafat material saja yang bisa dipercaya. Sebagai konsekwensi, semua masalah ketuhanan diragukan dan tidak diterima dengan alasan keluar dari eksperimen dan kesaksian indrawi.
Fenomena badai Asy'ariah di samudera Islam, ditambah lagi dengan kesuksesan metodologi sains dan eksperimen di bidang fisika yang terjadi secara beruturut-turut dan sangat menakjubkan, semua itu mengguncang kelompok muslim non Syi'ah dan menyebabkan munculnya pendapat kompilitif (talfîqi; campur sana dan sini) yang menentang metode rasional pemikiran tentang ketuhanan dan metafisika, baik menurut syariat maupun akal. Dari sisi syariat, menurut mereka Al-Qur'an hanya mempercayai metode sains dan eksperimen untuk mengenal Tuhan. Artinya, mengenal Dia melalui penelitian ciptaan-cipataan-Nya. Adapun lebih dari itu sama sekali tidak bernilai dan sia-sia. Ada puluhan ayat Al-Qur'an yang mengajak manusia untuk meneliti fenomena-fenomena alam dan mengatakannya sebagai password tempat; bermula dan kembali (mabda’ wa ma’ad). Sementara dari sisi rasional mereka mengutip ucapan para filsuf materialis Eropa dalam tulisan dan ceramah mereka.
Orang-orang yang mendukung berat pendapat di atas dan menghujat habis lawannya adalah Farid Wajdi dalam 'Alâ Ithlâl al-madzhâb al-Mâddiah, Sayid Abul Hasan an-Nadawî al-Hindî dalam Mâdzâ Khasira al-'Alam bi Inhithâth al-Muslimin, dan para penulis gerakan Ikhwanul Muslimin, seperti Sayid Qutub dan yang lain.
An-Nadawi mengatakan di dalam buku tersebut, pasal "Penyeberangan Muslimin Dari Masa Jahiliah ke Islam",  bertemakan "Muhkamât dan Hal-hal yang Jelas Seputar Ketuhanan", “Para nabi telah memberitakan pada umat manusia tentang Dzat Allah dan sifat-sifat-Nya, awal mula alam semesta dan ujungnya. Mereka ungkapkan data-data ini secara gratis sehingga manusia tidak lagi memerlukan pembahasan tentang dasar-dasar dan pengantar yang sebetulnya tidak dimiliki oleh manusia (karena ilmu-ilmu dasar dan pengantar itu metafisik dan supranatural, sementara kawasan ilmu pengetahuan manusia terbatas pada fisika saja). Namun, umat manusia tidak mengindahkan anugerah ini melainkan mereka sibuk mencari dan membahas permasalahan metafisika dan ketuhanan yang pada hakikatnya tidak lain merupakan perjalanan di kawasan yang gelap gulita dan kebodohan.”[2]

Perspektif Teori tentang Perubahan Sosial; Struktural Fungsional dan Psikologi Sosial


Perkembangan masyarakat seringkali dianalogikan seperti halnya proses evolusi. suatu proses perubahan yang berlangsung sangat lambat. Pemikiran ini sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan ilmu biologi, yang memang telah berkembang dengan pesatnya. Peletak dasar pemikiran perubahan sosial sebagai suatu bentuk “evolusi” antara lain Herbert Spencer dan Augus Comte. Keduanya memiliki pandangan tentang perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dalam bentuk perkembangan yang linear menuju ke arah yang positif. Perubahan sosial menurut pandangan mereka berjalan lambat namun menuju suatu bentuk “kesempurnaan” masyarakat.

Pemikiran Spencer sangat dipengaruhi oleh ahli biologi pencetus ide evolusi sebagai proses seleksi alam, Charles Darwin, dengan menunjukkan bahwa perubahan sosial juga adalah proses seleksi. Masyarakat berkembang dengan paradigma Darwinian: ada proses seleksi di dalam masyarakat kita atas individu-individunya. Spencer menganalogikan masyarakat sebagai layaknya perkembangan mahkluk hidup. Manusia dan masyarakat termasuk didalamnya kebudayaan mengalami perkembangan secara bertahap. Mula-mula berasal dari bentuk yang sederhana kemudian berkembang dalam bentuk yang lebih kompleks menuju tahap akhir yang sempurna.

Seperti halnya Spencer, pemikiran Comte sangat dipengaruhi oleh pemikiran ilmu alam. Pemikiran Comte yang dikenal dengan aliran positivisme, memandang bahwa masyarakat harus menjalani berbagai tahap evolusi yang pada masing-masing tahap tersebut dihubungkan dengan pola pemikiran tertentu. Selanjutnya Comte menjelaskan bahwa setiap kemunculan tahap baru akan diawali dengan pertentangan antara pemikiran tradisional dan pemikiran yang berdifat progresif. Sebagaimana Spencer yang menggunakan analogi perkembangan mahkluk hidup, Comte menyatakan bahwa dengan adanya pembagian kerja, masyarakat akan menjadi semakin kompleks, terdeferiansi dan terspesialisasi.

Berbeda dengan Spencer dan Comte yang menggunakan konsepsi optimisme, Oswald Spengler cenderung ke arah pesimisme. Menurut Spengler, kehidupan manusia pada dasarnya merupakan suatu rangkaian yang tidak pernah berakhir dengan pasang surut. seperti halnya kehidupan organisme yang mempunyai suatu siklus mulai dari kelahiran, masa anak-anak, dewasa, masa tua dan kematian. Perkembangan pada masyarakat merupakan siklus yang terus akan berulang dan tidak berarti kumulatif.

            Teori-teori terus berkembang dengan pesatnya. Talcott Parsons melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Seperti para pendahulunya, Parsons juga menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup. Komponen utama pemikiran Parsons adalah adanya proses diferensiasi. Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk dalam golongan yang memandang optimis sebuah proses perubahan.

            Bahasan tentang struktural fungsional Parsons ini akan diawali dengan empat fungsi yang penting untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsu adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Parsons menyampaikan empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar mampu bertahan, yaitu :
  1. Adaptasi, sebuah sistem hatus mampu menanggulangu situasi eksternal yang gawat. Sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
  2. Pencapaian, sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
  3. Integrasi, sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi penting lainnya.
  4. Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
            Francesca Cancian memberikan sumbangan pemikiran bahwa sistem sosial merupakan sebuah model dengan persamaan tertentu. Analogi yang dikembangkan didasarkan pula oleh ilmu alam, sesuatu yang sama dengan para pendahulunya. Model ini mempunyai beberapa variabel yang membentuk sebuah fungsi. Penggunaan model sederhana ini tidak akan mampu memprediksi perubahan atau keseimbangan yang akan terjadi, kecuali kita dapat mengetahui sebagaian variabel pada masa depan. Dalam sebuah sistem yang deterministik, seperti yang disampaikan oleh Nagel, keadaan dari sebuah sistem pada suatu waktu tertentu merupakan fungsi dari keadaan tersebut beberapa waktu lampau.

            Teori struktural fungsional mengansumsikan bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling berhubungan. Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem. Fokus utama dari berbagai pemikir teori fungsionalisme adalah untuk mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup sistem sosial. Terdapat beberapa bagian dari sistem sosial yang perlu dijadikan fokus perhatian, antara lain ; faktor individu, proses sosialisasi, sistem ekonomi, pembagian kerja dan nilai atau norma yang berlaku.

            Pemikir fungsionalis menegaskan bahwa perubahan diawali oleh tekanan-tekanan kemudian terjadi integrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang selalu berlangsung tidak sempurna. Artinya teori ini melihat adanya ketidakseimbangan yang abadi yang akan berlangsung seperti sebuah siklus untuk mewujudkan keseimbangan baru. Variabel yang menjadi perhatian teori ini adalah struktur sosial serta berbagai dinamikanya. Penyebab perubahan dapat berasal dari dalam maupun dari luar sistem sosial.





Penulis
Tajuk tulisan
Asumsi-asumsi
Thesis
Sumber perubahan
Pola perubahan
Talcott Parsons
A functional Theory of Change
Sebuah sistem terdiri dari beberapa bagian atau subsistem yang saling berhubungan.
Sistem harus mempunyai empat fungsi (adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan pemeliharaan pola) agar dapat tetap bertahan hidup.
Dari luar dan dalam sistem sosial.
Siklus.
Francesca Cancian
Functional Analysis of Change
Sistem sosial merupakan sebuah model dengan persamaan tertentu.
Keadaan dari sebuah sistem pada suatu waktu tertentu merupakan fungsi dari keadaan tersebut beberapa waktu lampau.
Sebuah sistem fungsional terdiri dari dua tipe variabel yaitu G’s dan state coordinates.
Perubahan di dalam sistem merupakan perubahan yang tidak merubah struktur dari sitem tersebut.
Perubahan pada sistem adalah segala perubahan yang merubah struktur dari sistem tersebut.
Dari luar dan dalam sistem sosial.
Siklus.
Everett E. Hagen
On the Theory of Social Change
Perubahan sosial dapat digambarkan dari perubahan struktur ekonomi.
Perubahan sosial dipengaruhi oleh faktor kepribadian masing-masing individu.
Perubahan struktur sosial yang tradisional sangat diperlukan untuk mencapai pertmbuhan ekonomi.
Dari dalam.
Linear.







Daftar Rujukan



Etzioni, A. & Halevy, Eva Etzioni- (eds). 1973. Social Changes: Sources, Patterns and Consequences.  Basic Books, New York.

Everett E. Hagen. 1962. On The Theory of Social Change; How Economic Growth Begins. Illinois. The Dorsey Press.

Goodman. Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Prenada Media.

Koento, Wibisono. 1983. Arti Perkembangan Menurut

Mengenai Saya

Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia
Science is My Way of Life