Welcome to My Blog

Saran dan kritikan dari anda sangat dibutuhkan demi perbaikan mutu blog ini

17 Januari, 2012

Sesat

Semua ayam makan kotoran

Semua manusia makan ayam

Semua manusia makan kotoran

 Itulah falasi. Meski terdengar indah dan modis, ia bukankah nama seorang selebritis. Falasi berasal dari bahasa Yunani dan Latin yang  berarti ‘sesat pikir’. Falasi didefinisikan secara akademis sebagai kerancuan pikir yang diakibatkan oleh ketidakdisiplinan pelaku nalar dalam menyusun data dan konsep, secara sengaja maupun tidak sengaja. Ia juga bisa diterjemahkan dalam bahasa sederhana dengan ‘ngawur’.

 Begitu banyak manusia yang terjebak dalam lumpur falasi, sehingga diperlukan sebuah aturan baku yang dapat memadu saat berpikir. Seseorang yang berpikir tapi tidak mengikuti aturannya, terlihat seperti berpikir benar dan bahkan bias mempengaruhi orang lain yang juga tidak mengikuti aturan berpikir yang benar. Karena itu, al-Qur’an sering kali mencela dengan mengatakan bahwa ‘sebagian besar manusia tidak berakal.’


Para logikawan menyebutkan tiga kategori falasi yang sering dilakukan manusia; Pertama, falasi formal (kengawuran bentuk), yaitu kerancuan yang terjadi karena melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam penalaran yang benar. Ia dapat diidentifikasi dalam kasus dan kondisi sebagai berikut: 1. Apabila dalam sebuah deduksi terdapat empat terma, maka deduksi tersebut tidak valid. 2. Apabila terma premis tidak berdistribusi, namun konklusi berdistribusi. 3. Apabila terma tengah tidak terdistribusi, padahal untuk memperoleh konklusi yang benar terma sekurang-kurangnya satu kali terdistribusi. 4. Apabila konklusi dihasilkan dari dua premis negatif, padahal dari dua premis negatif tidak dapat ditarik konklusi yang benar.


Kedua, falasi material (kengawuran isi), yaitu kerancuan karena kekeliruan dalam menyusun isi atau materi penalaran, bukan pada bahasa atau tampilan (forma)-nya. Falasi material terjadi dalam kondisi-kondisi sebagai berikut; 1. Apabila argumentasi yang diajukan tidak tetuju persoalan yang sesungguhnya, tetapi terarah kepada pribadi yang menjadi lawan bicara. Ini disebut dengan argumen terhadap lawan bicara (agumentum ad hominem). 2. Apabila argumentasi diajukan untuk memojokkan atau mempermalukan lawan bicara. Perhatikan contoh berikut ini: “Jika anda memang seorang pembela kebenaran, maka anda pasti membenarkan pandangan saya”. “Hanya orang berakallah yang menerima pendapat kami.” Ini disebut dengan argumentum ad verecundiam. 3. Apabila argumentasi yang diajukan berdasarkan kewibawaan atau pengaruh besar seseorang, bukan berdasarkan penalaran. Perhatikan contoh berikut ini: “Saya yakin apa yang dikatakannya, karena ia pemimpin partai besar”. Ini disebut dengan argumentum auctoritatis. 4. Apabila argumen yag diajukan berupa ancaman dan desakan lawan bicara agar menerima suatu konklusi tertentu, dengan alasan bahwa jika menolak, akan berdampak negatif terhadap dirinya. Ini disebut dengan argumentum ad misericordiam. 5. Apabila argumentasi yang diajukan demi memperoleh rasa iba dan kasihan dari lawan bicara agar diampuni. Ini disebut dengan argumentum ad populum. 6. Apabila argumentasi diajukan untuk meprovokasi dan membangkitkan emosi massa atau sekelompok orang, dengan alasan bahwa pemikiran yang melatarbelakangi program adalah demi kepentingan rakyat atau kelompok itu sendiri, agar pemkirannya diterima. Ini dikenal dengan argumentum ad misericordiam. 7. Apabila kita memastikan bahwa sesuatu itu tidak ada karena kita tidak mengetahui apa pun juga mengenai sesuatu itu atau karena belum menemukannya, maka itulah sesat pikir. Ini disebut dengan argumentum ad ignorantiam.

Ketiga, falasi diksional, yaitu kerancuan yang terjadi karena ke

Cuti Logika


oleh Muhsin Labib
Salah satu penyebab terpuruknya umat Islam adalah ketidakmampuan menyeimbangkan nalar akal budi dan teks kitab suci. Penyebab lain, yang merupakan akibat dari penyebab pertama, adalah ketidakmampuan membedakan premis rasional dan mitos. Penyebab ketiga adalah terbelenggunya umat Islam oleh mitos-mitos yang diperlakukan sebagai dogma dan cara pandang. Sebagai akibatnya, wacana rasional yang didasarkan pada argumentasi dan penalaran yang kuat mengalami ‘cuti panjang’, sedangkan mitos atau retorika irasional menjadi pilihan.

Padahal ketika logika cuti, maka yang terbentuk adalah keyakinan yang rapuh dan keropos. Bisa jadi, cendekiawan yang menguras tenaga dan pikiran untuk mempelajari agama diabaikan, sementara si pandir yang pandai bersolek lebih ditiru dan dipuja. Presentasi seorang pemikir dikalahkan oleh ramalan Ki Ngawur dan nasehat Joko Sableng.

Islam kerap kali dituding sebagai ajaran yang telah melampaui tanggal masa berlakunya alias kadaluarsa. Karena itu, perlu ada penjelasan yang selaras dengan dinamika zaman.

Bila rezeki, jodoh dan usia telah ditentukan secara determinan oleh Tuhan, maka bukankah usaha kita untuk mencarinya adalah sesuatu yang konyol dan sia-sia? Mengapa kita meliburkan logika demi sebuah mitos yang berakibat buruk terhadap semangat hidup dan optimisme?

Rezeki mesti didefinisi ulang sebagai sesuatu yang membuat kita menjadi lebih baik secara spiritual. Kematian di jalan Allah (kesyahidan), sebagaimana diperagakan oleh Al-Husain pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan Asyura, adalah rezeki. Allah bahkan menepis pandangan yang menganggap kematian sebagai bencana, “Dan janganlah sekali-kali kau mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah adalah orang-orang mati, sebaliknya mereka hidup dan senantiasa diberi rezeki.” Berusaha dan bekerja, bertakwa, bertawakkal, bersyukur, berinfaq, bersilaturrahmi, dan berdoa adalah cara-cara yang bisa ditempuh untuk meraih rezeki. Ia dicari, bukan datang tanpa diundang.

Jodoh juga semestinya dibersihkan dari pandangan mitologis yang terus menerus memproduksi fatalisme dan pesimisme. Jodoh adalah kata salah kaprah yang mesti didelete atau diartikan ulang sebagai

It's Complicated


oleh Muhsin Labib

Setelah memastikan tertarik untuk memiliki salah satu barang yang dipamerkan, Agus langsung memutuskan untuk membelinya. Beberapa lembar uang diberikan. Saat penjual menawarkan diri untuk memberikan penjelasan tentang detail barang yang dibelinya juga cara penggunaannya, dia dengan enteng menjawab, “Saya sudah tahu. Anda tidak perlu bersusah payah menjelaskannya.”.

Sementara Budi, setelah memastikan sebuah alat yang akan dibelinya, mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membelinya. Saat petugas akan memasukkan barang itu ke dalam kardus, Budi minta waktu sebentar kepada penjual untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang produk itu, cara penggunaannya, voltage,  sistem garansi, dan segala hal yang perlu diketahuinya.

Masing-masing pulang ke rumah dengan membawa barang belanjaannya.  Karena euphoria dengan kulkas besar yang baru dibeli, Agus ingin mendemonstrasikannya di depan anak-anaknya.  Begitu dinyalakan, kabel penghubung listrik terbakar, dan seketika listrik padam.

Tanpa menunda-nunda, Agus langsung menelpon toko penjual. Dia marah dan melontarkan kritik pedas bahkan sampai caci maki dan ancamanan menggugat.

“Sabar dulu, Pak. Bukankah sejak semula kami telah menawarkan untuk memberikan penjelasan perihal spesifikasi dan aturan pakainya? Namun, menurut petugas kami, Bapak menolak dengan alasan sudah mengetahui caranya”.

Suhu amarah Agus menurun. Dia sadar bahwa dia memang menolak tawaran itu.

“Kalau begitu, saya minta diganti,” tukas Agus.

“Eh, maaf, Pak. Sesuai dengan keterangan yang tertera dalam akta pembelian yang Bapak tandatangani, penggantian barang hanya bisa dilakukan bila barang terbukti rusak atau cacat dari toko,” jawab  petugas layanan konsumen itu. 

Agus naik pitam lagi.
“Kalau begitu, saya harap kulkas saya diperbaiki sesuai dengan garansinya,”

“Eh, sekali lagi mohon maaf.  Kami perlu informasikan, sesuai surat perjanjian pembelian yang Bapak tandatangani, service gratis hanya diberikan apabila tidak ada mesin atau hardware yang perlu diganti. Bila tidak ada yang perlu diganti, kami dengan hati memberikan service gratis,”
“Jadi, bagaimana ini?”
 “Kami harus memeriksanya dulu. Bisa minta nomer hp yang bisa dihubungi? Karena petugas kami sudah berada di lapangan melayani konsumen yang sudah janji sebelumnya.  Kami usahakan Rabu , lusa, petugas service kami akan melihat kulkas Bapak. Ohya, apakah alamat yang ada pada kami sudah lengkap?”
 “Ya,” jawab Agus singkat bercampur kesal.

“Ok, Pak, kami akan segera memprosesnya. Ada lagi yang bisa kami bantu?” tanya petugas itu sopan.

“Oh ya , berapa lama perbaikannya?”

“Itu tergantung kerusakannya, Pak. Kalau memerlukan pergantian mesin, mungkin akan memakan waktu sekitar 10 hari karena kami menunggu kiriman sparepartnya dari Jepang,” jawabnya.

“Ok,” sahut Agus menahan kekesalannya.

“Baik, Pak, terimakasih.”

Lengkap sudah derita Agus.  Selain gagal mendemonstrasikan belanjaan barunya dan dia harus menanggung malu di hadapan anak-anaknya karena kerusakan itu adalah akibat dari keteledorannya  (baca: menganggap simple semua konsep dan metode), dia juga ha

Butterfly Effect


Oleh Muhsin Labib

Karena jarak antara rumah petak dan gedung tempat dia bekerja sebagai satpam tdk jauh, Udin secara rutin melintasinya saat pergi kerja dan pulang. Secara rutin pula dia mampir di warteg dan membawa tiga nasi bungkus untuk dimakan bersama Sutiyem, istrinya dan Bibit, putranya.Namun hari itu, trotoar yang menjadi jalur tetapnya terhalang oleh sebuah jeep mewah, Hammer berwarna merah gelap. Putra almarhum Haji Adnan, sesepuh warga Betawi di kawasan Lenteng Agung itu, terpaksa melewati jalan aspal yang padat mobil dan motor dari arah Depok.

 Struggle for life menciptakan prilaku ganas di jalanan. Setiap pengendara, terutama pegawai rendahan, ingin cepat sampai di tempat kerja sesuai batas waktu demi menghindari pemotongan gaji atau dampratan atasan.  Survival telah menggerus toleransi dan menerjang batas-batas hak individu. Udin seolah terjebak di tengah arena vandalisme. Tubuhnya terhuyung. Kepalanya membentur aspal. Kakinya dilindas roda mobil. Ia pingsan. Berkat kesigapan para tukang ojek, ia diselamatkan dan disadarkan dari pingsannya setelah diberi air dan beberapa upaya yang sangat mungkin tidak sesuai dengan prosedur P3K.

 Meski merasa pening dan matanya berkunang-kunang, anak mantan juragan minyak tanah di Era Orde Baru (yang sekarang sudah habis karena sengketa keluarga) itu tetap melangkah meski rada gontai menuju tempat kerjanya. Kartu absensi yang terpampang di benaknya membuatnya mengabaikan sakit yang dialaminya. 

  Beberapa jam kemudian, para pegawai gedung berhamburan dan berkerumun. Udin, satpam yang merangkap juru azan di masjid gedung itu jatuh.  Ia meringis kesakitan mengeluhkan pusing. Setelah menenggak pil penghilang rasa sakit, Udin diberi hak untuk istirahat di rumahnya.

Karena pulang pada pertengahan jam kerja (sekitar jam 1), istrinya yang sehari-hari bekerja sebagai pencuci pakaian semacam laundry tradisional terperanjat. Karena sangat pusing, Udin tidak sempat menceritakan kronologisnya. Ia terbaring, dan tak lama kemudian dua butir obat penghilang rasa sakit itu memberikan efek kantuk.

Setelah terjaga dari tidur, Udin kehilangan ingatan. Beberapa hari berikutnya, ia mulai sulit menggerakkan kakinya. Udin tak ingat lagi episode demi episode hidupnya. Udin terbaring di kasur sendirian. Rumahnya lengang dan tak terurus karena istrinya yang tak dikenalnya telah pulang ke rumah ibunya bersama anaknya.

Udin yang tinggal sendirian tanpa makan dan minum selama beberapa hari di rumah petak terkena stroke akibat pendarahan gegar otak yang tak dipahaminya. Beberapa saat kemudian, tetangganya yang rata-rata bekerja sebagai pemulung dan penjual bakso keliling, menemukan mayat lelaki  tergeletak di samping ranjang. Mulut, maa dan telinganya mengeluarkan darah.  Udin bin Haji Adnan berhenti di titik pasti, kematian dalam kesendirian.

Tak ada himne tangis sanak keluarga yang mengiringi pemakamannya. Tak ada tahlil di rumah duka. Semuanya berjalan biasa-biasa saja. Inna lillah wa inna ilaihi raji’un.

Sebagian besar manusia, karena pemahaman kosmologisnya yang sangat sempit, menganggap setiap tindakan dan prilakunya sebagai peristiwa privat, lokal dan terpenggal. Dengan kata lain, banyak orang yang merasa bertuhan namun tidak benar-benar memiliki kesadaran eksistensial. Tanpa kesadaran eksistensial yang universal, manusia yang mengalami industrialisasi dan menjadi bagian dari kapitalisasi tidak bisa menangkap relasi-relasi niscaya antar peristiwa dan fenomena alam, baik dilakukan oleh dan terhadap manusia, hewan, tumbuhan, mineral dan partikel-partikel atomik lainnya. Manusia mekanik terlalu sibuk untuk memahami sistem koneksi kosmik ini sehingga ia tidak pernah mampu keluar dari jejaring kelam kebendaan dan keapaan.  Karena itu, ia tidak sadar bahwa tanpa kesadaran eksistensial dan pemahaman tentang sistem pencipataan yang integral, ia adalah pelaku kejahatan sekaligus korbannya.

Yesus, Firman Tuhan (Menanti Penghormatan Umat Kristen atas Muhammad)


Oleh:  Muhsin Labib



Para pengikut Muhammad sangat menghormati dan mengagungkan Isa (Yesus). Dalam teologi Islam, Yesus memiliki status khusus dalam Islam sebagai salah satu nabi ulu’ al-‘azm, lima nabi utama dengan sejumlah keistimewaan.

Namun. Sayang, sebagian orang yang mengaku sebagai pengikut Isa tidak menunjukkan sikap yang sama. Yang juga patut disayangkan, sebagian umat Islam memperlakukan Kristen –yang sama-sama berpangkal dari Abraham- tampil sebagai sesuatu yang asing bagi mereka. Padahal, umat Kristen dapat menemukan perspektif lain tentang Juru Selamatnya. Mungkin dengan berusaha memandang Yesus sebagaimana Islam melihatnya, umat Kristen bisa menemukan juru selamatnya hidup kembali, meninggikan Allah dalam kehidupan batiniahnya tanpa harus ‘menyalibnya’. Menurut Sayyed Hosein Nasr, apa yang dibayangkan kesarjanaan Barat mengenai dunia Islam yang sesungguhnya tidaklah sepenuhnya sama dengan konsepsi orang-orang Muslim sendiri tentang tradisi mereka dan perkembangan historisnya. Dengan kata lain, umat Kristen, terutama di Indonesia, yang penduduk terbesarnya beragama Islam, perlu ‘mendengarkan’ narasi Islam tentang Yesus, sebagai langkah kongkrit menuju toleransi.


Dalam al-Qur’an, terdapat sebuah ayat yang menggambarkan penghormatan yang begitu tinggi kepada Perawan Suci Bunda Maria, sedangkan Yesus digambarkan sebagai sebuah Kalimat dari Allah: “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah memberikan kepadamu kabar gembira tentang sebuah Kalimat dari-Nya, namanya al-Masih putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan akhirat dan salah seorang yang didekatkan (kepada Allah).” (3:45)


Tentu saja penafsiran logos dalam teologi Kristen berbeda dengan penafsiran kalimah di kalangan umat Islam. Bagi kalangan Kristiani, menurut Gospel John, Kalimah Allah menjadi tubuh (incarnation). Di lain pihak, bagi umat Muslim Kalimah adalah makhluk, bahkan sementara ia merupakan prinsip kreatif, karena ia berada dalam ucapan Allah dari kata “Jadi!” maka jadilah ia. Islam menyebut Yesus sebagai kalimat Allah justru untuk menegaskan statusnya sebagai nabi.


Karena statusnya tinggi sebagai nabi, Yesus menjadi manifestasi sempurna dari Allah, orang yang menyampaikan pesan Allah, orang yang dapat berbicara atas nama Allah, dan karenanya menjadi Kalimah Allah. Menurut kristologi versi Islam, Yesus menjadi kalimat Allah bukan karena inkarnasi, di mana tubuhnya bersifat ketuhanan (divine). Tetapi karena ruhnya dibersihkan sedemikian rupa sehingga menjadi cermin yang dengannya Tuhan dikenal. Biara menjadi suci bukan karena kesucian dalam bangunannya, tetapi karena ia merupakan tempat menyembah Tuhan. (Ibnu al-‘Arabi, The Bezels of Wisdom (Fushus al-Hikam), terj. R.W.J. Austin (Lahore:Suhail,1988), hlm.177).


Selain digelari ‘Kalimat Allah’, Yesus juga disebut sebagai ‘Ruh Allah’. Allah swt berfirman Sesungguhnya Al-Masih Isa putera Maryam itu adalah utusan Allah dan Kalimat-Nya dan Ruh-Nya.” (4:171).


Kata ‘Ruh Allah’ memberikan signifaksi pengertian universal, bahwa poros moral Kristen dan Islam itu sama. Ruh adalah simbol paling nyata tentang eksistensi Tuhan. Karena itu mungkin ada sejumlah alasan bagi kalangan Kristen untuk menganggapnya sebagai bersifat ketuhanan. Meski persoalan ini bila dibahas akan menjadi panjang lebar dan belum tentu berguna bagi yang meyakini dan yang menolaknya.


Salah satu persoalan penting dalam teologi Kristen adalah: “Siapakah Yesus Kristus itu?” Formulasi berbagai jawaban terhadap pertanyaan ini disebut sebagai Kristologi. Dalam wilayah teologi ini, umat Kristen telah memperdebatkan pentingnya sejarah Yesus yang bertentangan dengan gambar Yesus yang terdapat dalam tradisi-tradisi Gereja-gereja Kristen dan pandangan Injil mengenai Yesus. Saatnya bagi umat Islam untuk mulai memperhatikan masalah ini juga. Melalui pengembangan Kristologi versi Islam, umat Kristen dapat mencapai suatu pemahaman yang yang lebih baik tentang Islam. Sebenarnya al-Qur’an sendiri telah membimbing kita dalam mengambil langkah pertama dalam arah ini, seperti disebutkan dalam ayat-ayat tersebut di atas dan lainnya.


Usaha bersama dalam lingkup Kristologi versi Islam memang jarang dilakukan. Para penulis Kristen lebih cenderung menekankan fungsi Yesus sebagai juru selamat, yang tampaknya tak punya tempat dalam Islam. Namun, umat Kristiani kiranya perlu mencatat bahwa umat Islam menerima Yesus sebagai juru selamat, bersama seluruh nabi lainnya. Karena fungsi kenabian adalah menyelamatkan umat manusia dari malapetaka dosa lewat penyampaian pesan petunjuk Tuhan. Perbedaan penting Islam dan Kristen di sini melampaui isu tentang apakah Yesus menyelamatkan seluruh umat manusia atau tidak. Dalam pada itu, umat Islam menolak bila penyelamatan itu ‘ditebus’ lewat penyaliban.


Di lain pihak, umat Islam cenderung menghasilkan karya-karya polemik sendiri-sendiri, dengan menunjukkan seberapa banyak teks-teks Biblikal yang bersesuaian dengan wawasan Islam mengenai Kristus sebagai nabi, ketimbang sebagai salah satu dari tiga sosok Tuhan (trinitas). Sehubungan dengan ini, Ahmad Deedat, misalnya menggarisbawahi hal-hal yang banyak menyedot perhatian dalam bukunya, Was Yesus Crucified? (Chicago:Kazi, 1992). Suatu hal yang mestinya tidak perlu dilakukan bila kita berusaha untuk mencari titik temu atau membangun penghormatan dalam konteks semangat pluralisme dan toleransi.


Wawasan lebih mendalam lagi tentang berbagai perbedaan Islam dengan agama lain, termasuk Kristen, dapat dijumpai dalam tulisan-tulisan Frithjof Schuon (setelah memeluk Islam bernama Syekh ‘Isa Nur ad-Din Ahmad). Ia, misalnya, menghadirkan Kristologi perspektif sufiisme dalam Islam and the Perennial Philosophy. (Lahore: Suhail,1985) Dalam The Muslim Jesus: Sayings and Stories in Islamic Literature (Harvard University Press, 2003), Tarif Khalidi mengumpulkan pelbagai referensi Islam tentang Yesus, mulai dari abad ke-8 sampai ke-18. Semua itu mencakupi karya-karya mistik, teks-teks historis para nabi dan orang-orang suci (wali), serta seleksi hadis dan ayat al-Qur’an. Dalam catatan Khalidi, tulisan-tulisan ini membentuk sebuah pola terbesar teks-teks yang berhubungan dengan Yesus dalam literatur non-Kristen.


Mungkin salah satu cara terbaik umat Kristen dapat menemukan landasan dalam berdialog dengan umat Islam adalah mengenal potret seorang Yesus yang terdapat dalam sumber-sumber Islam, yang terpenting adalah dari Al-Qur’an dan hadis, tanpa perlu mempermasalahkan apakah orientasi relijius seseorang.


Sebagian umat Kristiani mungkin akan menolak hal-hal yang berkenaan dengan Yesus dalam narasi Islam. Sebab, perdebatan utama dalam Kristologi kontemporer di kalangan umat Kristiani berpusat pada apakah penelitian sejarah Yesus relevan dengan agama? Atau, apakah pengetahuan tentang Yesus membutuhkan perhatian atas peran yang dimainkannya dalam konteks Gereja dan teologi? Narasi Islam, berabad-abad sesudah masa hidup Kristus (dan dalam beberapa peristiwa, lebih seabad setelah masa hidup Muhammad saw) juga akan ditolak umat Kristiani liberal yang mencari potret Yesus berdasarkan tolok ukur historis yang belakangan justru diterima Barat. Kristen Neo-Ortodoks menyatakan bahwa Juru Selamat itu tidak ditemukan dalam sejarah, melainkan dalam Gereja. Makanya, tidak mengherankan jika mereka memperlihatkan ketidakpeduliannya atas apa yang dinarasikan Islam tentang Kristus. Namun, umat Kristiani secara umum mengakui bahwa perspektif Islam justru melakukan semacam moderasi antara kalangan sejarahwan yang lebih menekankan naturalitas Kristus dan kalangan Gereja atas supernaturalitasnya. Kemanusiaan Yesus jelas dalam riwayat-riwayat Syi’ah. Tapi kemanusiaannya mengalami tranformasi. Dengan pemahaman ini, sosok Kristus dalam narasi Islam Syi’ah sekaligus berdimensi natural dan supernatural.


Ini mungkin dapat dijadikan sebagai salah satu the meeting point dalam upaya membangun sebuah dialog untuk tujuan toleransi. Karena itu, membangun dialog antar agama tidak mesti didasarkan pada tujuan menciptakan satu formulasi baru dari agama-agama yang memang memiliki sejumlah titik beda dan temu. Itu berarti, yang mungkin dan relevan dilakukan adalah dialog antar pemuka atau pemikir agama-agama, bukan mendialogkan agama-agama yang berbeda-beda itu demi melenyapkan kendala-kendala bagi terciptanya toleransi.


Karenanya, perayaan Natal semestinya tidak dipandang hanya sebagai hari raya kelahiran Yesus sebagai putra Tuhan Bapak sesuai teologi Kristen semata, sehingga minimal, tidak terkesan ekslusif. Melainkan juga perlu dipandang dan ditradisikan sebagai hari raya kelahiran Yesus, Sang Kalimat dan Ruh Allah, sebagaimana diyakini umat Islam, sehingga warna merah pada tanggal 25 Desember di kalender nasional kita menjadi benar-benar ‘nasional’.


Berita mengharukan datang dari Irak. Karena bertepatan dengan bulan duka Muharam, para umat Kristen di negeri 1001 malam itu bersepakat untuk tidak merayakan pesta Natal secara terbuka demi menghormati penganut Mazhab Syiah, yang dianut oleh mayoritas umat Islam disana.


Dengan demikian, tensi kecurigaan dan sinisme kedua penganut agama ibrahimik ini—terutama di Indonesia—dapat diminimalisasi hingga titik terendah. Umat Kristiani perlu memaklumi keyakinan kaum Muslim yang enggan ‘menyalib’ Yesus, dengan tetap menghormati, bahkan turut merayakan kelahirannya.


Tentu saja kesadaran holistik ini perlu dibarengi dengan peningkatan pengahayatan terhadap agama masing-masing. Namun, membangun dialog agama-agama tidak mesti diorientasikan untuk menciptakan sebuah formulasi ‘agama baru’ yang mengemas sejumlah titik beda dan temu sekaligus (sehingga bermasalah karena mengandungi kontradiksi dalam dirinya). Menurut hemat penulis, kesadaran tentang perbedaan antara agama suci as such dengan persepsi subjektif dan relatif terhadap agama itu sendiri mungkin dapat dijadikan salah satu alternatif meredam kekerasan struktural atas nama agama, mazhab, dan paham keagamaan yang hingga kini masih menjadi fenomena ‘biasa’ di Tanah Air tercinta.

13 Januari, 2012

Transistor Dua Kutub (Elektronika Dasar)

Transistor Dua Kutub
(Elektronika Dasar)

Transistor adalah piranti elektronik yang menggantikan fungsi tabung elektron-trioda, dimana transistor ini mempunyai tiga elektroda , yaitu Emiter, Kolektor dan Basis.  Fungsi utama atau tujuan utama pembuatan transistor adalah sebagai penguat (amplifier), namun dikarenakan sifatnya, transistor  ini dapat digunakan sebagai saklar elektronis. Susunan fisik  transistor adalah merupakan gandengan dari bahan semikonduktor tipe P dan N seperti digambarkan pada gambar






PENENTUAN ELEKTRODA TRANSISTOR

Spesifikasi transistor yang lengkap dapat anda  peroleh dari buku petunjuk transistor, dimana dalam buku tersebut akan anda peroleh karakteristik fisik dan listrik suatu jenis transistor bahkan dilengkapi dengan transistor ekuivalennya. Berikut ini adalah gambaran spesifikasi transistor yang banyak digunakan khususnya dalam penentuan elektroda dari transistor tersebut


PENGKODEAN TRANSISTOR

Hampir sama dengan pengkodean pada dioda, maka huruf pertama menyatakan bahan dasar transistor tersebut, A = Germaniun dan B =  Silikon,
Sedangkan huruf kedua menyatakan penerapannya. Berikut ini adalah huruf-huruf kedua yang dimaksud :
C = transistor frekuensi rendah
D = transistor daya untuk frekuensi rendah
F = transistor frekuensi tinggi 
L = transistor daya frekuensi tinggi
Contoh penerapan kode ini diantaranya adalah BF 121, AD 101, BC 108 dan ASY 12.


PENGUJIAN TRANSISTOR

Pada pengujian transistor kita tidak hanya menguji antara kedua dioda tersebut, tapi kita juga harus melakukan pengujian pada elektroda kolektor dan emiternya. Gambar memperlihatkan kembali rangkaian d ioda transistor PNP yang akan dijadikan referensi pengujian transistor




NILAI BATAS SUATU TRANSISTOR

Sebagaimana telah disebutkan bahwa bahan semikonduktor akan berubah sifat jika

Dioda (Elektronika Dasar)


Dioda
(Elektronika Dasar)

Dioda Sebagai Penyearah Arus (Rectifier) 

Berdasarkan sifat-sifat dioda , maka dioda dapat dimanfaatkan sebagai alat penyearah arus bolak-balik (rectifier).

Ada dua macam penyearah yang dikenal, yaitu : 
1.      Penyearah Setenga h Gelombang  (Half-Wave Rectifier),
2.       Penyearah Gelombang Penuh  (Full-Wave Rectifier).

Penyearah Setengah Gelombang
Rangkaian dasar penyearah setengah gelombang diperlihatkan pada gambar 1.11. dimana sisi primer transformator tersambung dengan sumber bolak-balik (ac) sedangkan sisi sekunder dihubungkan seri dengan sebuah dioda dan tahanan beban  (RL).
Jika saklar S ditutup, maka saat t1 – t2 keadaan di titik A misal berpolaritas positip, maka pada  setengah periode ini dioda ada dalam kondisi menghantar sehingga arus IRL mengalir. Arus tersebut akan melewati tahanan RL sehingga antara titik C dan D terbangkit tegangan yang sebanding dengan besarnya arus yang mengalir.


Pada saat t 2 – t3 titik B sedang dalam polaritas negatip dan dioda dalam kondisi menghambat, sehingga  RL dialiri arus reverse yang relatip kecil dan sering diabaikan.  Jika titik A kembali positip pada saat t 3  – t4, maka proses serupa akan terulang sehingga pada RL akan terdapat pulsa positip saja.

Proses perubahan tegangan bolak-balik menjadi pulsa searah ini disebut penyearahan dan dikarenakan hanya setengah periode saja yang dapat dimanfaatkan, maka penyearah

Semikonduktor

Semikonduktor
(Elektronika Dasar)
 
Karakteristik Atom

Karakteristik suatu atom adalah : 

1.       Setiap inti mempunyai medan gaya tarik dengan elektronnya dan dikenal sebagai muatan,
2.       Inti bermuatan positip terhadap elektron, sebaliknya e lektron bermuatan  negatip terhadap intinya, 
3.       Kedua muatan tersebut dapat saling tarik menarik atau tolak menolak,dan juga bisa bermuatan netral jika jumlah muatan positip dan negatipnya seimbang.

Susunan Atom

Elektron-elektron yang melintas pada lapisan terdalam (berdekatan dengan inti) akan terikat kuat oleh muatan intinya dana kan sulit untuk melepaskan diri dari susunannya. Sedang bagi elektron-elektron yang menempati lapisan terluar akan mudah dipengaruhi oleh sejumlah tenaga dari luar dan mereka dapat keluar sebagai elektron bebas . Elektron yang menempati lapisan terluar tersebut sangat memegang peranan penting dalam penentuan sifat kimia dan kelistrikan unsur dan sering disebut sebagai  elektron martabat (Valensi). 
Setiap elektron mempunyai kemampuan untuk mengikat satu elektron lain dari atom lainnya yang berada disekitarnya. Misalkan ada beberapa atom silikon yang saling berdekatan seperti gambar 1.3, maka elektron-elektron yang saling berdekatan akan menjalin ikatan yang dikenal sebagai Ikatan Kovalen  (Covalent-Bond).

Pada umumnya bahan kelistrikan yang anda kenal  ada dua, yaitu penghantar (konduktor) dan penyekat (isolator). Suatu bahan konduktor dikatakan baik, jika mempunyai nilai tahanan jenis yang rendah yaitu berkisar antara 10-8  sampai 10-7 ohm-meter. Sedangkan suatu

Arus Searah (DC) (Materi Elektronika Dasar)

Arus Searah (DC)
(Materi Elektronika Dasar)

Pada rangkaian DC hanya melibatkan arus dan tegangan searah, yaitu arus dan tegangan yang tidak  berubah terhadap waktu.  Elemen pada rangkaian DC meliputi:
i)                    baterai
ii)                   hambatan dan
iii)                 kawat penghantar

Baterai menghasilkan e.m.f untuk menggerakkan elektron yang akhirnya menghasilkan aliran  listrik.  Sebutan “rangkaian” sangat cocok digunakan karena dalam hal ini harus terjadi suatu lintasan elektron secara lengkap – meninggalkan kutub negatif dan kembali ke  kutub positif.   Hambatan kawat  penghantar  sedemikian  kecilnya  sehingga  dalam prakteknya harganya dapat diabaikan.

Bentuk hambatan  (resistor) di pasaran  sangat bervariasi, berharga mulai 0,1 Ω sampai 10 MΩ atau lebih besar lagi.  Resistor standar untuk toleransi ± 10 % biasanya bernilai resistansi kelipatan 10 atau 0,1 dari

Sebuah  rangkaian  yang  sangat  sederhana  terdiri  atas  sebuah baterai  dengan sebuah  resistor  ditunjukkan pada  gambar  2.1-a. Kedua  elemen tersebut  digambarkan dan bagaimana menunjukkan  arah  arus  (dari  kutub positif melewati resistor menuju kutub negatif

a) Pemasangan komponen dan arah arus dan
b) Penambahan komponen saklar dan hambatan dalam

Untuk menganalisis  lebih  lanjut, rangkaian di atas perlu dipahami hukum dasar rangkaian  yang disebut hukum Kirchhoff.  Terdapat  beberapa  cara  untuk menyatakan hukum Kirchhoff, kita coba untuk menyatakan supaya mudah diingat:


1.       Arus  total  yang masuk pada  suatu  titik  sambungan/cabang  adalah nol  (Hukum  I, disebut KCL – Kirchhoff curent law ). ∑ in  = 0  Arah setiap arus ditunjukkan dengan anak panah, jika arus berharga positif maka

Teknik Fisika, Sebuah Etos Kerja?

Tatkala Prof. Beijerinck, pensiun sebagai guru besar fisika di Universitas Utrecht dan guru besar Teknik Fisika di Technische Universiteit Eindhoven (TUE), tahun 1991, ia menyampaikan sebuah pidato perpisahan yang diberi judul "Teknik Fisika: Fiksi Ataukah Sebuah Bidang Kajian Tersendiri?"
Prof. Beijerinck adalah seorang fisikawan dari jurusan Fisika (murni) yang diminta untuk bergabung dan mengembangkan jurusan Teknik Fisika di TUE. Judul dari pidato perpisahannya merupakan ringkasan dari dua puluh tahun lebih mengembangkan jurusan TF-TUE. Pidato itu dikembangkan dari upaya untuk menjawab apa sesungguhnya makna kata "teknik" dalam kata "teknik fisika" yang membedakannya dengan "fisika" (saja).
Apakah kata "teknik" hanya menunjukkan bahwa bidang ini hanya diajarkan di universitas teknik? Pertanyaan ini penting untuk dikaji, karena di Belanda, bidang TF (Technische Natuurkunde) awalnya hanya diajarkan di universitas teknik (Technische Universiteit) baik di Delft, Eindhoven maupun Twente. Di universitas lain, seperti di Universitas Utrecht tempat asal Prof. Beijerinck, tidak ada jurusan TF. Yang ada adalah jurusan Fisika. Ataukah karena bidang penelitian TF lebih bersifat empirik dan aplikatif, dibandingkan dengan bidang penelitian fisika "murni" yang lebih bersifat ilmu murni dan fundamental? Ataukan kata "teknik" ini mencirikan suatu bidang penelitian saja, bukan bidang pengajaran, ataukah sebaliknya?
Ketika diminta datang ke TUE untuk mengembangkan jurusan TF di awal tahun 70-an, ia menyimpulkan bahwa TF adalah sebuah bidang kajian tersendiri, yang sama sekali terpisah dari fisika. Beberapa tahun berselang, setelah mendalami bidang-bidang penelitian yang ada di TF, ia malah mempertanyakan, jangan-jangan TF hanyalah sebuah fiksi, khayalan belaka, padahal isinya persis sama dengan fisika (murni).
Prof. Beijerinck melakukan perbandingan di bidang pengajaran antara TF-TUE dan jurusan Fisika (murni) di Universitas Utrecht. Ia tidak menemukan perbedaan antara keduanya dalam kurikulum di dua tahun pertama. Kesimpulannya, kata "teknik" itu bukanlah ciri khas bidang pengajaran. Kemudian bidang penelitian pun dibandingkan. Kesimpulan yang sama tetap muncul, bahwa tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara bidang penelitian yang digarap oleh TF dengan bidang penelitian yang digarap oleh jurusan fisika pada umumnya.
Di akhir karirnya sebagai profesor ia menyimpulkan, teknik fisika bukanlah tentang apa, tetapi tentang bagaimana: sebuah kultur kerja (bedrijfcultuur). Bagaimana seorang fisikawan melakukan penelitiannya. Teknik fisika bukanlah sebuah fiksi, tetapi juga bukan sebuah bidang kajian yang tersendiri. "Dengan mata yang selalu terbuka mencari aplikasi di industri. Tidak takut sekalipun harus mengembangkan infrastruktur pendukung, adanya dukungan teknis dalam suatu hubungan horisontal, kerja sama yang hidup dengan disiplin ilmu yang lain seperti informatika dan juga fisika teoretik, itulah pra-syarat yang akan mengubah seorang fisikawan menjadi ahli teknik fisika." katanya.

PEDAGOGY vs ANDRAGOGY


Pedagogy ini konsep yang biasanya dipakai di dalam pendidikan yakni bahwa Pendidikan itu menempatkan murid/siswa sebagai obyek di dalam pendidikan, mereka mesti menerima pendidikan yang sudah di set up oleh sistem pendidikan, di set up oleh gurunya/pengajarnya apa-apa saja yang harus dipelajari, materi-materi apa saja yang akan diterima, yang akan disampaikan, metode panyampaiannya,dll, itu semua tergantung kepada pengajar dan tergantung kepada sistem. Murid sebagai obyek dari pendidikan.

Dari konsep ini kemudian muncullah konsep pendidikan fundamentalis, intelektual dan konservatif.
O'neil menjelaskan tentang Fundamentalisme pendidikan sebagai berikut :
"...pada dasarnya anti-intelektual dalam arti bahwa mereka ingin meminimalkan pertimbangan-pertimbangan filosofis dan atau intelektual, serta cenderung untuk mendasarkan diri mereka pada penerimaan yang relatif tanpa kritik terhadap Kebenaran yang diwahyukan atau konsensus sosial yang sudah mapan."
  
Kebenaran yang diajarkan di dalam pendidikan adalah kebenaran yang condong dikatakan mutlak benar, bersifat wahyu, relatif tanpa kritik. Pendidikan yang seperti ini banyak di pakai di abad pertengahan oleh pihak agamawan, maupun sampai sekarang juga dipakai oleh pihak agamawan, tanpa memberi kesempatan kadang untuk siswa berpikir yang berbeda, atau meminimkan perkembangan intelektual dari siswanya. Perbedaan bukan dianggap sebagai hal yang biasa, melainkan sudah dianggap sebagai perselisihan yang kadang dianggap sebagai sebuah perlawanan atau pemberontakan. Bisa kita pahami, mengapa ketika Galileo berbeda dari pihak gereja tentang pusat tatasurya, maka yang ada adalah anggapan pemberontakan yang berakhir di ujung kematiannya.

 O'neil juga menjelaskan tentang Intelektualisme pendidikan sebagai berikut :
"...pada dasarnya otoritarian, demi menyesuaikan secara

Model Pembelajaran Inkuiri

Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan.

Peranan Pemuda Mengembangkan Dakwah


 “Sebaik-baik pemuda bukanlah yang mengandalkan bapaknya, melainkan pemuda yang mengatakan inilah diriku”


Kapan pun zamannya dan dimana pun tempatnya, bahkan sepanjang sejarah pemuda merupakan tiang penyangga umat Islam dan pembawa arah kemajuan. Sejarah telah membuktikan, keberhasilan dakwah Rasulullah Saw tidak terlepas dari peran para pemudanya. Keadaan ini dapat dilihat pada pribadi-pribadi Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit dan lain sebaginya. Oleh karena itu, untuk mengembalikan kejayaan Islam seperti pada masa rasulullah dan sahabatnya tidak ada alternatif lain kecuali membina generasi mudanya, sehingga kejayaan Islam yang sering kita elu-elukan dan kita dambakan dapat menjadi kenyataan.

Kita patut bersedih manakala pemuda-pemuda kita hari ini lebih banyak disibukkan dengan agenda-agenda duniawi, mereka tersungkur dalam jebakan hedonisme dan konsumerisme di alam modern. Mereka berhura-hura, ke diskotik mengkonsumsi narkoba dan lain-lain. Terakhir sempat tersiar kabar bahwa pemuda lebih senang berkomplot (geng) dengan mengendarai motor, berkonvoi dan melakukan tindak kriminal, meresahkan masyarakat, inilah potret generasi yang terombang-ambing oleh zaman.

Namun kita juga patut bersyukur dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya terhadap teman-teman dari JPRMI (jaringan Pemuda dan Remaja Mesjid Indonesia) yang hadir untuk memberikan pengaruh positif dalam masyarakat, terutama memberikan alternatif komunitas (geng) pemuda dan remaja yang berbasis masjid, memberikan kontribusi ril, mengisi saf-saf terdepan dalam setiap salat jamaah dimasjid, terdepan pula mengusung kemajuan dan pembangunan agama, bangsa dan Negara Indonesia.

Teladan Rasulullah

Rasulullah sendiri sangat besar tekadnya dalam memotivasi dan melakukan pembinaan kepada para pemuda, mempersiapkan mereka memanggul tanggung jawab dan mengembangkan dakwah demi kemaslahatan manusia. Via hadis-hadisnya sangat banyak terdapat ungkapan yang berkaitan dengan kehidupan pemuda diantaranya; mengarahkan akidah pemuda untuk berserah diri kepada Allah dan selalu beribadah kepada-Nya, beliau bersabda “tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari kiamat nanti salah satunya adalah pemuda yang sejak kecil sering beribadah kepada Allah Swt (H.R. Syaikhani).

Dalam seruannya kepada para pemuda agar mempergunakan waktu sebaik-baiknya untuk membentuk pribadi pemuda yang disiplin, dan sadar akan pemanfaatan waktu, Rasulullah bersabda “pergunakanlah lima hal sebelum lima hal; hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu senggangmu sebelum kesibukanmu, waktu mudamu sebelum masa tuamu, dan waktu kayamu sebelum masa miskinmu” (H.R. hakim). Dalam konteks situasi kehidupan pemuda yang penuh gejolak (dara muda), deviasi seksualitas dan pergaulan yang tidak terarah diantisipasi Rasulullah dengan menegaskan kepada pemuda, jika dirinya merasa sanggup maka segera untuk menikah, karena hal itu lebih dapat mencegah pandangan mata dan memelihara kemaluan (H. R. Jama’ah).

Keutamaan Dakwah
Dalam pandangan Islam, banyak sekali keutamaan dakwah, dalam Alquran banyak ditemukan ayat-ayat yang bersifat memotivasi diri pemuda untuk melakukan dakwah, antara lain; “kamu adalah sebaik-baik ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah… (Q. S. Ali Imran/3:110). Ayat ini memberikan gambaran tentang kedudukan yang tinggi dan mulia bagi orang yang berdakwah. Pada ayat-ayat lain Allah Swt menjanjikan keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang berdakwah. Firman Allah “dan hendaklah kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebijasanaan (makruf) serta mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q. S. ali Imran/3: 104). Berdakwah juga merupakan sebaik-baik perkataan (Q. S. Fushilat:33).

Terakhir, orang yang berdakwah akan mendapat anugerah rahmat Allah yang melimpah. Perhatikan firman Allah “dan oran-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang makruf dan mencegah yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan diberikan rahmat oleh Allah sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana” (Q. S. At-taubah: 71).

Keterangan di atas, hendaknya menggugah para pemuda agar senantiasa mempersiapkan dirinya dengan iman, ilmu dan amal agar dapat berperan dalam mengembangkan dakwah. Bukankah kita semuanya menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dan mendapat rida Allah Swt?, agar keinginan tersebut tercapai salah satu caranya adalah turut berperan dalam mengembangkan dakwah, terutama bagi para pemuda. Karena merekalah yang mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk berdakwah.

Cara Berdakwah
Yang perlu diperhatikan dalam berdakwah adalah mendahulukan yang paling penting diantara yang penting, dalam hal ini mendahulukan akidah tauhid sebelum memberikan materi yang berhubungan dengan ibadah. Sepanjang pengamatan penulis, sebagian dakwah dewasa ini terutama di kalangan pemuda lebi banyak diberikan materi tentang ibadah, tanpa terlebih dahulu diberikan pengajaran tauhid yang mantap. Terlebih tawaran tersebut disertai dengan ancaman-ancaman yang membuat bulu kuduk berdiri. Ke-adaan ini terjadi, karena adanya asumsi pemuda-pemuda yang mengikuti pengajian (ta’lim) adalah beragama Islam sejak lahirnya, agama berdasarkan keturunan.

Sehingga timbul kesan persoalan-persoalan yang dalam rangka memantapkan tauhid dikesampingkan. Untuk itu kita tidak perlu heran banyak diantara para pemuda yang rajin mengikuti pengajian tetapi rajin juga mengerjakan hal-hal yang dilarang oleh agama. Jika kita belajar dari Rasulullah dalam berdakwah membutuhkan waktu yang lebih banyak yakni sekitar 13 tahun dalam rangka memantapkan keimanan manusia kepada Allah Swt, Rasulullah menawarkan tentang persoalan-persoalan ibadah menghabiskan waktu sekitar 10 tahun. Karena waktu yang dibutuhkan sangat lama dan tidak mudah merubah kebiasaan dan keyakinan orang lain, maka dari sini dapat juga dipahami bahwa dakwah membutuhkan ketekunan dan kesabaran dari pelakunya.

Penutup

Pemuda yang akan berperan dalam mengembangkan dakwah adalah pemuda yang memiliki iman yang mantap, ilmu yang memadai dan amal yang ihsani. Ketiganya harus menyatu pada diri pemuda yang akan mengembangkan dakwah Islam. Ilmu berguna memperkaya pengetahuan dan menjadi faktor komplementer dari pemaknaan terhadap keimanan dan kehidupan, dan amal merupakan upaya keteladanan sebagai juru dakwah yang akan menjadi tuntunan mad’u (orang yang didakwahi).

Keseluruhannya semakin dibutuhkan manakala kita melihat begitu pengapnya dunia modernisme yang terbaratkan (westernisasi dan sekulerisasi) karena telah menutup ruang-ruang, ventilasi pada kehidupan manusia di mana agama sejatinya menyinarinya. Karenanya para pemuda juga harus dapat membaca prospek dan tantangan dakwah ke depan muaranya pada massifnya gerakan dakwah yang akan menghantarkan pada ampunan Allah Swt dan kberkahan Negeri Indonesia.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
 



Sekolah                         : SMPN 4 Palu
Kelas                             : IX (Sembilan)
Mata Pelajaran            : FISIKA
Waktu                           : 1 x 40 menit


Standar Kompetensi
             3.     Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Dasar
              3.4    Mendeskripsikan hubungan energi dan daya listrik serta pemanfaatannya dalam                                          kehidupan sehari-hari.
  
Indikator
1.      Menjelaskan hubungan antara beda potensial (V) dan kuat arus (I ) dengan energi listrik.
2.      Menunjukkan perubahan energi listrik menjadi energi bentuk lain.
3.      Menjelaskan hubungan antara daya listrik dan energi listrik.
4.      Menerapkan konsep energi dan daya listrik dalam perhitungan penggunaan listrik di rumah tangga.

A. Tujuan Pembelajaran
        Peserta didik dapat:
1.      Menjelaskan faktor-faktor yang menentukan energi listrik.
2.      Mengamati hubungan antara kalor dengan lama aliran arus listrik.
3.      Menjelaskan rumusan energi listrik.
4.      Menyebutkan alat-alat pengubah energi listrik.
5.      Menjelaskan pengertian daya listrik.
6.      Menjelaskan hubungan antara daya listrik dan energi listrik.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Energi dan Daya Listrik


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
 



Sekolah                         : SMPN 4 Palu
Kelas                             : IX (Sembilan)
Mata Pelajaran            : FISIKA
Waktu                           : 1 x 40 menit


Standar Kompetensi
             3.     Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Dasar
              3.4    Mendeskripsikan hubungan energi dan daya listrik serta pemanfaatannya dalam                                          kehidupan sehari-hari.
  
Indikator
1.      Menjelaskan hubungan antara beda potensial (V) dan kuat arus (I ) dengan energi listrik.
2.      Menunjukkan perubahan energi listrik menjadi energi bentuk lain.
3.      Menjelaskan hubungan antara daya listrik dan energi listrik.
4.      Menerapkan konsep energi dan daya listrik dalam perhitungan penggunaan listrik di rumah tangga.

A. Tujuan Pembelajaran
        Peserta didik dapat:
1.      Menjelaskan faktor-faktor yang menentukan energi listrik.
2.      Mengamati hubungan antara kalor dengan lama aliran arus listrik.
3.      Menjelaskan rumusan energi listrik.
4.      Menyebutkan alat-alat pengubah energi listrik.
5.      Menjelaskan pengertian daya listrik.
6.      Menjelaskan hubungan antara daya listrik dan energi listrik.



B. Materi Pembelajaran
            Energi dan Daya Listrik

C. Metode Pembelajaran
            1.  Model   : -  Direct Instruction (DI)
                                  -  Cooperative Learning
                2.  Metode : -  Diskusi kelompok
                                   -  Eksperimen
                                   -  Observasi
                                   -  Ceramah
                         
D. Langkah-langkah Kegiatan

a. Kegiatan Pendahuluan (5 menit)
·         Motivasi dan Apersepsi
Pernahkah kalian melihat mesin pembangkit listrik dikota dan di desa?. Mengapa pembangkit listrik di kota lebih besar dayanya dibandingkan di desa?

·        Prasyarat pengetahuan:
      -   Sebutkan besaran yang menentukan nilai energi listrik.


b. Kegiatan Inti (30 menit)
·         Guru memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran yang akan dicapai
·         Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dibahas.
·         Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok dengan membagi siswa menjadi 3 kelompok
·         Guru menjelaskan secara singkat model pembelajaran jigsaw
·         Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menentukan pembagian kelompok
·         Guru membagikan Lembar kerja Siswa (LKS) kepada masing-masing kelompok
·         Guru menginstruksikan untuk melaksanakan kegiatan siswa pada LKS yang sebelumnya telah dijelaskan oleh guru.
·         Guru memantau proses pengerjaan LKS dari semua kelompok dan menanyaan jika ada yang belum dipahami.
·         Siswa dari kelompok mendiskusikan hasil pekerjaannya pada kelompoknya masing-masing.
·         Masing-masing kelompok memberikan kesimpulan dari hasil diskusi kelompoknya masing-masing.
·         Guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok  yang sebelumnya telah diamati untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
·         Siswa dari kelompok lain menanggapi hasil diskusi kelompok yang mempersentasikan hasilnya.
·         Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.
·         Peserta didik memperhatikan penjelasan guru menentukan rumusan energi listrik dan  daya listrik.
·         Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan energi listrik dan daya listrikyang disampaikan oleh guru.
·         Guru memberikan beberapa soal yang berkatian dengan penentuan energi listrik dan daya listrik untuk dikerjakan oleh peserta didik.
·         Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.

c.  Kegiatan Penutup (5 menit)
·         Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
·         Guru memberikan nasehat kepada siswa untuk selalu melakukan penggunaan energy listrik dengan memperhitungkan efisiensi energy listrik
·         Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

Sumber Belajar

a.      Mari Belajar IPA 3 Untuk SMP/MTs Kelas IX Penulis : Elok Sudibyo Wahono,  Widodo Wasis, Dwi Suhartanti ILMU PENGETAHUAN ALAM Terpadu dan Kontekstual Untuk SMP/MTs Kelas IX Pembelajaran Penulis: Dewi Ganawati, Sudarmana, Wiwik Radyuni.
b.      Buku referensi yang relevan.
c.       Alat dan bahan praktikum.
Sebagaimana terlampir dalam LKS


Penilaian Hasil Belajar
             a. Teknik Penilaian:
-      Tes unjuk kerja (LKS)
-      Tes tertulis
-      Penugasan
             b. Bentuk Instrumen:
-         Uji petik kerja prosedur
-         Tes uraian
-         Tugas rumah
Instrumen soal-soal yang diujikan

1.      Sebuah alat pemanas listrik bertegangan 220 volt dan padanya mengalir arus listrik 2 ampere. Jika alat pemanas tersebut dipakai selama 2 jam, berapa energi yang ditimbulkan oleh alat tersebut?

Jawab : W= V I t
= 220 volt x 2 A x 7200 s
= 3168000 joule = 3168 × 103 joule
= 3,168 × 106 joule

2.      Pada sebuah penghantar 25 ohm, mengalir arus 0,2A. Bila aliran arus listrik ini berjalan selama 90 menit. Berapakah energi yang ditimbulkan?
Penyelesaian:
Jawab : W = I2 R t
= (0,2 A)2 × 25 ohm × 5400 s
= 0,04 A2 × 25 ohm x 5400 s
= 5400 joule = 5,4 × 103 joule

3.      Keluarga Mahfud memiliki 4 buah kipas listrik, masingmasing berdaya 50 W. Kipas-kipas tersebut digunakan 10 jam tiap hari. Berapa kWh-kah penggunaan energi listrik untuk kipas tersebut dalam satu bulan?
W= P × t
= 0,2 kW × 300 h
= 60 kWh
Jadi, energi listrik tersebut sebesar 60 kWh.


4.      Pada sebuah lampu pijar bertuliskan 220 V/ 100 W. Jika lampu dipasang pada beda tegangan 220 volt selama sepuluh sekon. Tentukan energi listrik yang digunakan oleh lampu!

Jawab : W = P t
= 100 W × 10 s
= 1000 joule

5.      Pada lampu pijar tertulis label 220 V/100 W. Seandainya lampu dihubungkan dengan beda potensial 110 volt. Hitung daya lampu!



LEMBAR PENILAIAN


Penilaian Psikomotor.

NO
Komponen Penilaian
Skor dan Rubrik Penilaian
1.
Melakukan eksperimen /pengamatan secara berkelompok
·      10 = Jika bersama-sama melakukan eksperimen dengan benar.
·      5  = Jika bersama-sama melakukan eksperimen dengan benar.
·      1 = Jika hanya sebagian saja anggota kelompok yang melakukan eksperimen.
2.
Kekompakan Kelompok
·      10 = Jika semua anggota kelompok bekerjasama dalam kelompoknya.
·      5  = Jika ada anggota kelompok yang tidak bekerja dalam kelompoknya.
·      1 = Jika sebagian besar anggota kelompok tidak bekerja dalam kelompok
3.
Mengerjakan LKS
·      10 = Jika semua jawaban benar.
·      5 = Jika sebagian jawaban benar.
·      1 = Jika jawaban salah.
4.
Keaktifan semua anggota kelompok
·      10 = Jika semua anggota kelompok melakukan eksperimen.
·      5 = Jika ada anggota kelompok yang tidak melakukan eksperimen
·      1 = Jika sebagian besar anggota kelompok tidak melakukan eksperimen.
5.
Saling mengajar sesama anggota kelompok
·      10 = Jika semua anggota kelompok sudah mengerti dengan eksprimen yang mereka lakukan.
·      5 = Jika masih ada angota kelompok yang belum mengerti dengan eksperimen yang mereka lakukan.
·      1 = Jika sebagian besar anggota kelompok belum mengerti dengan eksperimen yang mereka lakukan.

Mengenai Saya

Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia
Science is My Way of Life