Transistor Dua Kutub
(Elektronika Dasar)
Transistor adalah piranti elektronik yang menggantikan
fungsi tabung elektron-trioda, dimana transistor ini mempunyai tiga elektroda ,
yaitu Emiter, Kolektor dan Basis. Fungsi
utama atau tujuan utama pembuatan transistor adalah sebagai penguat
(amplifier), namun dikarenakan sifatnya, transistor ini dapat digunakan sebagai saklar
elektronis. Susunan fisik transistor
adalah merupakan gandengan dari bahan semikonduktor tipe P dan N seperti
digambarkan pada gambar
PENENTUAN ELEKTRODA
TRANSISTOR
Spesifikasi transistor yang lengkap dapat anda peroleh dari buku petunjuk transistor, dimana
dalam buku tersebut akan anda peroleh karakteristik fisik dan listrik suatu
jenis transistor bahkan dilengkapi dengan transistor ekuivalennya. Berikut ini
adalah gambaran spesifikasi transistor yang banyak digunakan khususnya dalam
penentuan elektroda dari transistor tersebut
PENGKODEAN TRANSISTOR
Hampir sama dengan pengkodean pada dioda, maka huruf pertama
menyatakan bahan dasar transistor tersebut, A = Germaniun dan B = Silikon,
Sedangkan huruf kedua menyatakan penerapannya. Berikut ini
adalah huruf-huruf kedua yang dimaksud :
C = transistor frekuensi rendah
D = transistor daya untuk frekuensi rendah
F = transistor frekuensi tinggi
L = transistor daya frekuensi tinggi
Contoh penerapan kode ini diantaranya adalah BF 121, AD 101,
BC 108 dan ASY 12.
PENGUJIAN TRANSISTOR
Pada pengujian transistor kita
tidak hanya menguji antara kedua dioda tersebut, tapi kita juga harus melakukan
pengujian pada elektroda kolektor dan emiternya. Gambar memperlihatkan kembali
rangkaian d ioda transistor PNP yang akan dijadikan referensi pengujian
transistor
NILAI BATAS SUATU
TRANSISTOR
Sebagaimana telah disebutkan bahwa bahan semikonduktor akan
berubah sifat jika
menerima panas yang berlebihan. Suhu maksimal sutu transis tor Germanium adalah sekitar 75o C sedangkan jenis Silikon sekitar 150o C.
menerima panas yang berlebihan. Suhu maksimal sutu transis tor Germanium adalah sekitar 75o C sedangkan jenis Silikon sekitar 150o C.
Daya yang disalurkan pada sebuah transistor harus sedemikian
rupa sehingga suhu maksimalnya tidak dilampaui dan untuk itu diperlukan bantuan
pendingin baik dengan Heat Sink atau dengan kipas kecil (Fan). Pada saat penyolderan kaki -kaki transistor,
harus dipertimbangkan juga temperatur solder dan selain itu biasanya digunakan alat pembantu dengan
jepitan (tang) guna pengalihan penyaluran panas.
Peralihan panas transistor ke pendingin yang baik adalah
dengan bantuan Pasta Silikon yang
disapukan antara transistor dengan badan pendinginnya. Selain itu ada juga
biasanya pendingin tersebut diberi cat warna hitam guna memudahkan penyaluran panas.
PRINSIP KERJA
TRANSISTOR
Pada gambar (a) diperlihatkan bias basis dan kolektor tidak
tersambung, sehingga dalam keadaan ini
yang bekerja hanya basis dan emiter saja dalam hubungan arah maju. Dalam
kondisi ini daerah deplesi akan menyempit sehingga muatan mayoritas hole dari P
akan mengalir menuju lapisan N dengan deras. Gambar (b) memperlihatkan basis
dan kolektor diberi bias mundur dan dalam kondisi ini daerah deplesi akan
melebar sehingga yang mengalir hanya muatan minoritas dari N menuju P. Jika
sekarang kedua potensial secara bersama dipasang seperti gambar 2.8, maka akan
tampak kedua aliran mayoritas dan minoritasnya.
Pada gambar terlihat sejumlah
besar muatan mayoritas menyebrang dari P menuju N sebagai arus basis (IB) dan
juga langsung menuju P (kolektor) sebagai arus kolektor (IC). Karena potensial
kolektor lebih negatip dibandingkan dengan basis, maka muatan mayoritas ini
sebagian besar akan menuju lapisan P (kolektor) sedangkan sisanya akan menuju
ke basis. Jika kita gunakan hokum Kirchhoff, maka
KONFIGURASI PENGUAT
TRANSISTOR
Transistor adalah piranti aktif, dimana outputnya adalah
merupakan hasil perubahan dari inputnya. Dengan membandingkan antara output
dengan inputnya, maka akan diperoleh
factor penguatan (amplification). Dengan demikian, maka transistor ini
dibuat atau dipersiapkan sebagai piranti penguat.
Sebagai piranti elektronik, transistor mempunyai tiga
elektroda yang tersusun sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai sebuah
penguat. Ada tiga system sambungan (konfigurasi) dari penguat transistor, yaitu
konfigurasi Basis Bersama (Common Base), Emiter Bersama (Common Emitter) dan Kolektor Bersama (Common Collector) .
Konfigurasi Basis
Bersama
Rangkaian pada gambar 2.9. memperlihatkan rangkaian
konfigurasi Basis Bersama (CB) dengan potensial UEB dan UCB untuk kedua jenis
transistor PNP dan NPN. Untuk jenis PNP,
emiter positip terhadap basis sedangkan kolektornya negatip. Sedangkan untuk
jenis NPN sebaliknya emitter negatip terhadap basis dan kolektornya positip.
Konfigurasi Basis
Bersama
Karakteristik input atau
karakteristik emitter konfigurasi basis bersama diperlihatkan pada gambar 2.10.
Dari karakteristik terlihat bahwa dalam mode arus searah, tegangan hantar untuk
sambungan basis ke emiter sekitar 0,6 s/d 0,7
volt, ini menandakan berlaku bagi bahan dasar silikon, sedangkan untuk bahan
dasar germanium sekitar 0,3 volt.
Konfigurasi Emiter
Bersama
Karakteristik output ini
melukiskan arus output IC yang merupakan fungsi dari tegangan output UCE untuk
harga arus input IB yang bervariasi.
Perbandingan arus kolektor dengan arus basis dengan tegangan kolektor-emiter
konstan disebutkan sebagai faktor penguatan arus maju emiter bersama disimbolkan dengan
huruf Yunani (betha).
Konfigurasi Kolektor
Bersama
Konfigurasi kolektor bersama (CC) sambungannya diperlihatkan
seperti gambar 2.13. Konfigurasi ini sering digunakan sebagai penyama-impedansi
(matching-impedance), dimana dengan impedansi input tinggi dan outputnya rendah
Karakteristik output konfigurasi CC serupa dengan
karakteristik output CE
PENGGUNAAN TRANSISTOR
Transistor sebagai
saklar
Dengan memanfaatkan sifat hantar transistor yang tergantung
dari tegangan antara elektroda basis dan emitter (Ube), maka kita dapat
menggunakan transistor ini sebagai sebuah saklar elektronik, dimana saklar
elektronik ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan saklar mekanik,
seperti :
a.
Fisik relative jauh lebih kecil,
b.
Tidak menimbulkan suara dan percikan api saat
pengontakan.
c.
Lebih ekonomis.
Prinsip saklar
elektronik dengan transistor
Kondisi OFF terjadi jika I C . RL = 0, dimana dalam kondisi
ini tegangan UBE lebih kecil dari
tegangan konduk transistor, sehingga tegangan UCE = UCC.
Sedangkan kondisi ON atau disebut juga kondisi saturasi akan
terjadi jika I C . RL = UCC , dimana
dalam kondisi ini UBE sudah mencapai
tegangan konduk transistor sehingga UCE = .
Selain itu prinsip switching ini juga diterapkan dalam rangkaian kaskade , yaitu rangkaian yang terdiri dari dua buah
transistor dengan pengutuban berbeda PNP dan NPN yang dihubung seri seperti gambar
2.15., dimana saklar ini akan terbuka jika persambungan antara Kolektor
transistor –1 (Q1) dan Basis transistor
-2 (Q2) diberikan signal penyulut (trigger).
Transistor sebagai
pengatur tegangan (Voltage-Regulator)
Jika terjadi fluktuasi tegangan
jala-jala pada sisi input atau jika ada perubahan beban RL, maka tegangan UCB
akan berubah dengan jumlah yang sama, karena UZ tetap konstan sedangkan Ui =
UCB + UZ. Pada saat terjadi perubahan
tegangan ini, Uo akan konstan karena UBE praktis tidak terpengaruh oleh
perubahan UCB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar